Minggu, 07 Februari 2010

Riau



Riau adalah sebuah provinsi di Indonesia. Provinsi ini terletak di Pulau Sumatra dan beribukotakan Pekanbaru. Provinsi Riau di sebelah utara berbatasan dengan Kepulauan Riau dan Selat Melaka; di sebelah selatan dengan Provinsi Jambi dan Selat Berhala; di sebelah timur berbatasan dengan Laut Cina Selatan (Provinsi Kepulauan Riau), dan di sebelah barat berbatasan dengan Provinsi Sumatera Barat dan Provinsi Sumatera Utara.


Geografi

Luas wilayah Provinsi Riau adalah 111.228,65 kilometer persegi (luas sesudah pemekaran Provinsi Kepulauan Riau) yang terdiri dari pulau-pulau dan laut-laut. Keberadaannya membentang dari lereng Bukit Barisan sampai Laut Cina Selatan, terletak antara 1°15´ Lintang Selatan sampai 4°45´ Lintang Utara atau antara 100°03´-109°19´ Bujur Timur Greenwich dan 6°50´-1°45´ Bujur Barat Jakarta.

Daerah Provinsi Riau beriklim tropis basah dengan rata-rata curah hujan berkisar antara 2000-3000 milimeter per tahun yang dipengaruhi oleh musim kemarau serta musim hujan. Rata-rata hujan per tahun sekitar 160 hari.

Menurut catatan Stasiun Metereologi Simpang Tiga, suhu udara rata-rata di Kota Pekanbaru menunjukkan optimum pada 27,6 ° Celsius dalam interval 23,4-33,4° Celsius. Kejadian kabut tercatat terjadi sebanyak 39 kali dan selama Agustus rata-rata mencapai 6 kali sebagai bulan terbanyak terjadinya kejadian.


Sumberdaya Alam

Riau kaya akan sumber daya alam, baik kekayaan yang terkandung di perut bumi, berupa minyak dan gas bumi, emas, dll. maupun kekayaan hutan dan perkebunannya, belum lagi kekayaan sungai dan lautnya. Seiring otonomi daerah, kekayaan tersebut bertahap mulai disalurkan secara penuh ke daerah (tidak sepenuhnya diberikan ke pusat) lagi. Aturan baru dari pemerintahan reformasi, memberi batasan dan aturan tegas mengenai kewajiban penanam modal, pemanfaatan sumber daya dan bagi hasil dengan lingkungan sekitar.


Demografi

Suku bangsa: Suku Melayu, Suku Jawa, Suku Minangkabau, Suku Batak, Suku Banjar, Suku Tionghoa, Suku Bugis, Suku Sunda.
Bahasa: Bahasa Indonesia, Bahasa Melayu, Bahasa Minangkabau.
Agama: Islam, Kristen Protestan, Kristen Katolik, Hindu, Buddha, Konghucu


Pendidikan

Riau mempunyai beberapa perguruan tinggi, di antaranya Universitas Riau [1], Universitas Islam Riau, Universitas Islam Negri SUSKA (Sultan Syarif Kasim), Universitas Lancang Kuning, Universitas Muhammadiyah Riau . Selain itu juga terdapat Politeknik Caltex Riau [2], dan Lembaga pendidikan dan pelatihan.


Pemerintahan

No. Kabupaten/Kota Ibu kota
1 Kabupaten Bengkalis/Bengkalis
2 Kabupaten Indragiri Hilir/ Tembilahan
3 Kabupaten Indragiri Hulu/ Rengat
4 Kabupaten Kampar/ Bangkinang
5 Kabupaten Kuantan Singingi/ Teluk Kuantan
6 Kabupaten Pelalawan/ Pangkalan Kerinci
7 Kabupaten Rokan Hilir/ Ujung Tanjung (de juree), Bagan Siapi-api (de facto)
8 Kabupaten Rokan Hulu/ Pasir Pengaraian
9 Kabupaten Siak/ Siak Sri Indrapura
10 Kabupaten Kepulauan Meranti/ Selatpanjang
11 Kota Pekanbaru -
12 Kota Dumai -


Catatan:

Koordinat : 1°15´ LS - 4°45´ LU dan 100°03´- 109°19´ BT.
Tanggal penting : 9 Agustus 1957 (hari jadi)
Ibu kota : Pekanbaru
Gubernur : Rusli Zainal
Luas : 89.150,15 km2
Penduduk : 5.308.702 jiwa (2003)
Kabupaten : 10
Kota : 2
Suku : Melayu (37,74%), Jawa (25,05%), Minangkabau (11,26%), Batak (7,31%), Banjar (3,78%), Tionghoa (3,72%), Bugis (2,27%), Lain-lain (6,94%) [1]
Agama : Islam (88%), Protestan (1%), Katolik (5%), Buddha (6%), Hindu (0,2%)
Bahasa : Bahasa Melayu, Bahasa Indonesia
Zona waktu : WIB
Lagu daerah : Lancang Kuning, Soleram, Langgam Melayu, Kutang Barendo


Sumber :
http://id.wikipedia.org/wiki/Riau

Sumber Gambar:
http://www.bi.go.id/sipuk/en/sib/peta/?id=2&no=40111&idrb=24&map=14map

Peta Riau


View Larger Map

Sejarah Riau

PENGISIAN PROVINSI RIAU 1958 - 1966

a. Periode 5 Maret 1958 - 6 Januari 1960
Pembentukan Provinsi Riau ditetapkan dengan Undang-undang Darurat Nomor 19 Tahun 1957. Kemudian diundangkan dalam Undang-undang Nomor 61 tahun 1958. Sama halnya dengan Provinsi lain yang ada di Indoensia, untuk berdirinya Provinsi Riau memakan waktu dan perjuangan yang cukup panjang, yaitu hampir 6 tahun (17 Nopember 1952 s/d 5 Maret 1958).

Dalam Undang-undang pembentukan daerah swatantra tingkat I Sumatera Barat, Jambi dan Riau, Jo Lembaran Negara No 75 tahun 1957, daerah swatantra Tingkat I Riau meliputi wilayah daerah swatantra tingkat II :

1. Bengkalis
2. Kampar
3. Indragiri
4. Kepulauan Riau, termaktub dalam UU No. 12 tahun 1956 (L. Negara tahun 1956 No.25)
5. Kotaparaja Pekanbaru, termaktub dalam Undang-undang No. 8 tahun 1956 No. 19

Dengan surat keputusan Presiden tertanggal 27 Februari 1958 No. 258/M/1958 telah diangkat Mr. S.M. Amin, Gubernur KDH Provinsi Riau di lakukan pada tanggal 5 Maret 1958 di Tanjungpinang oleh Menteri Dalam Negeri yang diwakili oleh Sekjen Mr. Sumarman. Pelantikan tersebut dilakukan ditengah-tengah klimaksnya pemberontakan PRRI di Sumatera Tengah yang melibatkan secara langsung daerah Riau. Dengan demikian, Pemerintah Daerah Riau yang baru terbentuk harus mencurahkan perhatian dan kegiatannya untuk memulihkan keamanan di daerahnya sendiri.

Seiring dengan terjadinya pemberontakan PRRI, telah menyebabkan kondisi perekonomian di Provinsi Riau yang baru terbentuk semakin tidak menentu. Untuk mengatasi kekurangan akan makanan, maka diambil tindakan darurat, para pedagang yang mampu dikerahkan untuk mengadakan persediaan bahan makanan yang luas. Dengan demikian dalam waktu singkat arus lalu lintas barang yang diperlukan rakyat berangsur-angsur dapat dipulihkan kembali.

Di Riau Daratan yang baru dibebaskan dari pengaruh PRRI, pemerintahan di Kabupaten mulai ditertibkan. Sebagai Bupati Inderagiri di Rengat ditunjuk Tengku Bay, di Bengkalis Abdullah Syafei. Di Pekanbaru dibentuk filial Kantor Gubernur yang pimpinannya didatangkan dari kantor Gubernur Tanjungpinang, yaitu Bupati Dt. Wan Abdurrachman dibantu oleh Wedana T. Kamaruzzaman.

Pemindahan Ibukota
Karena situasi daerah telah mulai aman, maka oleh pemerintah (Menteri Dalam Negeri) telah mulai difikirkan untuk menetapkan ibukota Provinsi Riau secara sungguh-sungguh, karena penetapan Tanjungpinang sebagai ibukota provinsi hanya bersifat sementara. Dalam hal ini Menteri Dalam Negeri telah mengirim kawat kepada Gubernur Riau tanggal 30 Agustus 1958 No. Sekr. 15/15/6.

Untuk menanggapi maksud kawat tersebut secara sungguh-sungguh dan penuh pertimbangan yang cukup dapat dipertanggung jawabkan, maka Badan Penasehat meminta kepada Gubernur supaya membentuk suatu Panitia khusus. Dengan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Swatantra tingkat I Riau tanggal 22 September 1958 No.21/0/3-D/58 dibentuk panitia Penyelidik Penetapan Ibukota Daerah Swatantra Tingkat I Riau.

Panitia ini telah berkeliling ke seluruh Daerah Riau untuk mendengar pendapat-pendapat pemuka-pemuka masyarakat, penguasa Perang Riau Daratan dan Penguasa Perang Riau Kepulauan. Dari angket langsung yang diadakan panitia tersebut, maka diambillah ketetapan, bahwa sebagai ibukota terpilih Kota Pekanbaru. Pendapatan ini langsung disampaikan kepada Menteri Dalam Negeri. Akhirnya tanggal 20 Januari 1959 dikeluarkan Surat Keputusan dengan No. Des.52/1/44-25 yang menetapkan Pekanbaru sebagai ibukota Provinsi Riau.

Untuk merealisir ketetapan tersebut, dibentuklah dipusat suatu panitia interdepartemental, karena pemindahan ibukota dari Tanjungpinang ke Pekanbaru menyangkut kepentingan semua Departemen. Sebagai pelaksana di daerah dibentuk pula suatu badan di Pekanbaru yang diketuai oleh Penguasa Perang Riau Daratan Letkol. Kaharuddin Nasution.

Sejak itulah mulai dibangun Kota Pekanbaru dan untuk tahap pertama mempersiapkan bangunan-bangunan yang dalam waktu singkat dapat menampung pemindahan kantor-kantor dan pegawai-pegawai dari Tanjung Pinang ke Pekanbaru. Sementara persiapan pemindahan secara simultan terus dilaksanakan, perubahan struktur pemerintahan daerah berdasarkan Penpres No.6/1959 sekaligus direalisir.

Gubernur Mr. S.M. Amin digantikan oleh Letkol Kaharuddin Nasution yang dilantik digedung Sekolah Pei Ing Pekanbaru tanggal 6 Januari 1960. Karena Kota Pekanbaru belum mempunyai gedung yang representatif, maka dipakailah gedung sekolah Pei Ing untuk tempat upacara.

b. Periode 6 Januari 1960 - 15 Nopember 1966
Dengan di lantiknya Letkol Kaharuddin Nasution sebagai Gubernur, maka struktur Pemerintahan Daerah Tingkat I Riau dengan sendirinya mengalami pula perubahan. Badan Penasehat Gubernur Kepala Daerah dibubarkan dan pelaksanaan pemindahan ibukota dimulai. Rombongan pemindahan pertama dari Tanjungpinang ke Pekanbaru dimulai pada awal Januari 1960 dan mulai saat itu resmilah Pekanbaru menjadi ibukota.

Aparatur pemerintahan daerah, sesuai dengan Penpres No.6 tahun 1959 mulai dilengkapi dan sebagai langkah pertama dengan Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri tanggal 14 April 1960 No. PD6/2/12-10 telah dilantik Badan Pemerintah Harian bertempat di gedung Pei Ing Pekanbaru dengan anggota-anggota terdiri dari :

1. Wan Ghalib
2. Soeman Hs
3. A. Muin Sadjoko

Anggota-anggota Badan Pemerintahan Harian tersebut merupakan pembantu-pembantu Gubernur Kepala Daerah untuk menjalankan pemerintahan sehari-hari. Di dalam rapat Gubernur, Badan Pemerintah Harian dan Staff Residen Mr. Sis Tjakraningrat, disusunlah program kerje Pemerintah Daerah, yang dititik beratkan pada :

1. Pemulihan perhubungan lalu lintas untuk kemakmuran rakyat.
2. Menggali sumber-sumber penghasilan daerah
3. Menyempurnakan aparatur.

Program tersebut dilaksanakan secara konsekwen sehingga dalam waktu singkat jalan raya antara Pekanbaru sampai batas Sumatera Barat siap dikerjakan. Jalan tersebut merupakan kebanggaan Provinsi Riau. Pemasukan keuangan daerah mulai kelihatan nyata, sehingga Kas Daerah yang pada mulanya kosong sama sekali, mulai berisi. Anggaran Belanja yang diperbuat kemudian tidak lagi merupakan anggaran khayalan tetapi betul-betul dapat dipenuhi dengan sumber-sumber penghasilan sendiri sebagai suatu daerah otonom.

Disamping itu atas prakarsa Gubernur Kaharuddin Nasution diusahakan pula pengumpulan dana disamping keuangan daerah yang sifatnya inkonvensional. Dana ini diperdapat dari sumber-sumber di luar anggaran daerah, dan hasilnya dimanfaatkan untuk pembangunan, diantaranya pembangunan pelabuhan baru beserta gudangnya, gedung pertemuan umum (Gedung Trikora), gedung Universitas Riau, Wisma Riau Mesjid Agung, Asrama Pelajar Riau untuk Putera dan Putri di Yogyakarta dan lain-lain.

Untuk penyempurnaan pemerintahan daerah, disusunlah DPRD-GR. Untuk itu ditugaskan anggota BPH Wan Ghalib dengan dibantu Bupati Dt. Mangkuto Ameh untuk mengadakan hearing dengan partai-partai politik dan organisasi-organisasi massa dalam menyusun komposisi. Sesuai dengan itu diajukan sebanyak 38 calon anggota yang disampaikan kepada menteri dalam negeri Ipik Gandamana.

Usaha untuk menyempurnakan Pemerintah Daerah terus ditingkatkan, disamping Gubernur Kepala Daerah, pada tanggal 25 April 1962 diangkat seorang Wakil Gubernur kepala Daerah, yaitu Dt. Wan Abdurrahman yang semula menjabat Walikota Pekanbaru, jabatan Walikota dipegang oleh Tengku Bay.

Masuknya unsur-unsur Nasional dan Komunis dalam tubuh BPH disebabkan saat itu sudah merupakan ketentuan yang tidak tertulis, bahwa semua aparat pemerintahan harus berintikan "NASAKOM". Kemudian Penpres No. 6 tahun 1959 diganti dan disempurnakan dengan Undang-undang No. 18 tahun 1965 tentang pokok-pokok Pemerintahan Daerah. Nasakomisasi diterapkan tidak melalui ketentuan perundang-undangan tetapi tekanan-tekanan dari atas.

Sejalan dengan itu dibentuk pula pula apa yang dinamakan Front Nasional Daerah Tingkat I Riau, yang pimpinan hariannya terdiri dari unsur Nasakom. Front Nasional ini mengkoordinir semua potensi parta-partai politik dan organisasi-organisasi massa. Dengan sendirinya di dalam Front Nasional ini bertarung ideologi yang bertentangan, yang menurut cita-cita haruslah dipersatukan.

Kedudukan pimpinan harian Front Nasional ini merupakan kedudukan penting, karena mereka menguasai massa rakyat. Karena itu pulalah Pimpinanan Harian tersebut didudukkan di samping Gubernur Kepala Daerah, yang merupakan anggota Panca Tunggal. Atas dasar Nasakomisasi ini, maka golongan komunis telah dapat merebut posisi yang kuat. Ditambah pula dengan tekanan-tekanan pihak yang berkuasa, maka peranan komunis dalam Front Nasional tersebut sangat menonjol.

Disamping penyempurnaan aparatur pemerintahan, oleh Pemerintah Daerah dirasakan pula bahwa luasnya daerah-daerah kabupaten yang ada dan batas-batasnya kurang sempurna, sehingga sering menimbulkan stagnasi dalam kelancaran jalannya roda pemerintahan. Ditambah lagi adanya hasrat rakyat dari beberapa daerah seperti Indragiri Hilir, Rokan, Bagan Siapi-api dan lain-lain yang menginginkan supaya daerah-daerah tersebut dijadikan Kabupaten. Untuk itu maka oleh Pemerintah Daerah Provinsi Riau pada tanggal 15 Desember 1962 dengan SK. No.615 tahun 1962 di bentuklah suatu panitia.

Hasil kerja dari pantia tersebut menjadikan Provinsi Riau 5 (lima) buah daerah tingkat II dan satu buah Kotamadya.

1. Kotamadya Pekanbaru : Walikota KDH Kotamadya Tengku Bay.
2. Kabupaten Kampar : Bupati KDH R. Subrantas
3. Kabupaten Indragiri Hulu : Bupati KDH. H. Masnoer
4. Kabupaten Indragiri Hilir : Bupati KDH Drs. Baharuddin Yusuf
5. Kabupaten Kepulauan Riau : Bupati KDH Adnan Kasim
6. Kabupaten Bengkalis : Bupati KDH H. Zalik Aris

Sewaktu pemerintah pusat memutuskan hubungan diplomatik dengan Malaysia dan Singapura, serta ditingkatkan dengan konfrontasi fisik dengan keputusan Presiden Republik Indonesia tahun 1963, maka yang paling dahulu menampung konsekwensi-konsekwensinya adalah daerah Riau. Daerah ini yang berbatasan langsung dengan kedua negara tetangga tersebut dan orientasi ekonominya sejak berabad-abad tergantung dari Malaysia dan Singapura sekaligus menjadi kacau.

Untuk menghadapi keadaan yang sangat mengacaukan kehidupan rakyat tersebut, dalam rapat kilat yang diadakan Gubernur beserta anggota-anggota BPH, Catur Tunggal dan Instansi-instansi yang bertanggung jawab, telah dibahas situasi yang gawat tersebut serta dicarikan jalan keluar untuk bisa mengatasi keadaan. Kepada salah seorang anggota BPH ditugaskan untuk menyusun suatu konsep program yang meliputi semua bidang kecuali bidang pertanahan, dengan diberi waktu satu malam. Dalam rapat yang diadakan besok paginya konsep yang telah disusun tersebut diterima secara mutatis mutandis.

Tetapi nyatanya pemeritah pusat waktu itu tidak dapat melaksanakan program tersebut sebagaimana yang diharapkan terutama tindakan-tindakan yang diperlukan untuk mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi langsung oleh rakyat, seperti pengiriman bahan pokok untuk daerah-daerah Kepulauan dan penyaluran hasil produksi rakyat.

Dalam bidang moneter diambil pula tindakan-tindakan drastis dengan menghapuskan berlakunya mata uang dollar Singapura/Malaysia di Kepulauan Riau, serta menggantinya dengan KRRP (Rupiah Kepualaun Riau) yang berlaku mulai tanggal 15 Oktober 1963. Untuk melaksanakan pengrupiahan Kepualauan Riau tersebut, diberikan tugas kepada Team Task Force II dibawah pimpinan Mr. Djuana dari Bank Indonesia.

Dengan perubahan-perubahan pola ekonomi secara mendadak dan menyeluruh dengan sendirinya terjadi stagnasi. Perekonomian jadi tidak menentu. Arus barang terhenti, baik keluar maupun masuk. Daerah Riau yang pada dasarnya adalah penghasil barang ekspor, akhirnya menjadi kekeringan. Barang-barang produksi rakyat, terutama karet menjadi menumpuk dan tak dapat di alirkan, barang-barang kebutuhan rakyat tidak masuk kecuali yang didatangkan oleh pemerintah sendiri yang tebatas hanya di kota-kota pelabuhan. Kebijaksanaan yang diambil pemerintah kemudian tidak meredakan keadaan, malahan menambah kesengsarahan rakyat, terutama di bidang ekonomi dan keamanan.

Untuk menanggulangi bidang ekonomi, di pusat dibentuk Komando Tertinggi Urusan Ekonomi (Kotoe) yang dipimpin oleh Wakil Perdana Menteri I Dr. Subandrio. Di Riau di tunjuk Gubernur Kaharuddin Nasution sebagai pembantu Kotoe tersebut. Oleh Kotoe di tunjuk PT. Karkam dengan hak monopoli untuk menampung seluruh karet rakyat dan mengekspor keluar negeri. Kondisi ini justru semakin memperburuk perekonomian rakyat.

Pada tahun-tahun terakhir masa jabatan Gubernur Kaharuddin Nasution terjadi ketegangan dengan pemuka-pemuka masyarakat Riau. Dari segi politis, ketegangan dengan tokoh-tokoh masyarakat Riau telah berjalan beberapa tahun yang berpangkal pada politik kepegawaian. Pemuka-pemuka daerah berpendapat bahwa Gubernur Kaharuddin Nasution terlalu banyak memberikan kedudukan-kedudukan kunci kepada orang-orang yang dianggap tidak mempunyai iktikad baik terhadap daerah Riau. Hal ini ditambah pula dengan ditangkapnya Wakil Gubernur Dt. Wan Abdul Rachman yang difitnah ikut dalam gerakan membentuk negara RPI (Republik Persatuan Indonesia), fitnahan ini dilansir oleh PKI. Akibatnya Dt. Wan Abdurrachman diberhentikan dari jabatannya dengan hak pensiun.

Kebangkitan Angkatan 66 dalam memperjuangkan keadilan dan kebenaran di Riau bukanlah suatu gerakan spontanitas tanpa sadar. Kebangkitan Angkatan 66 timbul dari suatu embrio proses sejarah yang melanda Tanah Air. Konsep Nasakom Orde Lama menimbulkan penyelewengan-penyelewengan dalam segala aspek kehidupan nasional. Lembaga-lembaga Negara tidak berfungsi sebagaimana yang diatur dalam UUD 1945. Penetrasi proses Nasakomisasi ke dalam masyarakat Pancasilais menimbulkan keretakan sosial dan menggoncangkan sistem-sistem nilai yang menimbulkan situasi konflik. Di tambah lagi adanya konfrontasi dengan Malaysia yang menyebabkan rakyat Riau sangat menderita karena kehidupan perekonomian antara Riau dengan Malaysia menjadi terputus.

Demikianlah penderitaan, konfrontasi dan kemelut berlangsung terus dan suasana semakin panas di Riau. Menjelang meletusnya G 30 S/PKI kegiatan tokoh-tokoh PKI di Riau makin meningkat. Mereka dengan berani secara langsung menyerang lawan-lawan politiknya. Tokoh-tokoh PKI Riau Alihami Cs mempergunakan kesempatan dalam berbagai forum untuk menghantam lawan-lawannya dan menonjolkan diri sebagai pihak yang revolusioner. Begitu juga masyarakat Cina yang berkewargaan negara RRC memperlihatkan kegiatan-kegiatan yang luar biasa. Malam tanggal 30 September 1965 mereka yang tergabung dalam Baperki bersama-sama dengan PKI Riau mengadakan konsolidasi dan Show of force dalam memperingati Hari Angkatan Perang Republik Indonesia, jadi sehari mendahului waktu peringatan yang sebenarnya. Tindakan selanjutnya; PKI beserta ormas-ormasnya memboikot sidang pleno lengkap Front Nasional Riau yang langsung dipimpin oleh Gubernur Kaharuddin Nasution pada tanggal 30 September 1965. Ternyata kegiatan dan pergerakan PKI beserta ormas-ormasnya adalah untuk merebut pemerintahan yang syah. Kondisi ini akhirnya bisa di akhiri, perjuangan generasi muda Riau tidak sia-sia, rezim Orde Lama di Riau tamat sejarahnya dan Kolonel Arifin Achmad diangkat sebagai care taker Gubernur/KDH Riau pada tanggal 16 Nopember 1966. Mulai saat itu tertancaplah tonggak kemenangan Orde Baru di Riau.

Dengan diangkatnya Kolonel Arifin Achmat sebagai care taker Gubernur Kepala Daerah Provinsi Riau terhitung mulai tanggal 16 Oktober 1966 dengan surat keputusan Menteri Dalam Negeri No. UP/4/43-1506. pelantikannya dilakukan oleh Menteri Dalam Negeri Letnan Jenderal Basuki rachmad dalam suatu sidang pleno DPR-GR Provinsi Riau pada tanggal 15 Nopember 1966. Kemudian pada tanggal 16 Februari 1967 DPRD-GR Provinsi Riau mengukuhkan Kolonel Arifin Achmad sebagai Gubernur Riau dengan Surat Keputusan Nomor 002/Kpts/67. Maka Menteri Dalam Negeri mengesyahkan pengangkatan Kolonel Arifin Achmad sebagai Gubernur Kepala Derah Provinsi Riau untuk masa jabatan 5 tahun, dengan Surat Keputusan No. UP/6/1/36-260, tertanggal 24 Februari 1967. Surat Keputusan tersebut diperbaharui dengan Surat Keputusan Presiden Repbulik Indonesia Nomor : 146/M/1969 tertanggal 17 Nopember 1969.

Hingga sekarang pejabat Gubernur Riau sudah mengalami beberapa kali pergantian, yaitu :

1. Mr. S.M. Amin Periode 1958 - 1960
2. H. Kaharuddin Nasution Periode 1960 - 1966
3. H. Arifin Ahmad Periode 1966 - 1978
4. Hr. Subrantas.S Periode 1978 - 1980
5. H. Prapto Prayitno (Plt) 1980
6. H. Imam Munandar Periode 1980 - 1988
7. H. Baharuddin Yusuf (Plh) 1988
8. Atar Sibero (Plt) 1988
9. H. Soeripto Periode 1988 - 1998
10. H. Saleh Djasit Periode 1998 - 2003
11. H.M. Rusli Zainal Periode 2003 - sekarang

Seiring dengan berhembusnya angin reformasi telah memberikan perubahan yang drastis terhadap negeri ini, tidak terkecuali di Provinsi Riau sendiri. Salah satu perwujudannya adalah dengan diberlakukannya pelaksanaan otonomi daerah yang mulai di laksanakan pada tanggal 1 Januari 2001. Hal ini berimplikasi terhadap timbulnya daerah-daerah baru di Indonesia, dari 27 Provinsi pada awalnya sekarang sudah menjadi 32 Provinsi. Tidak terkecuali Provinsi Riau, terhitung mulai tanggal 1 Juli 2004 Kepulauan Riau resmi mejadi Provinsi ke 32 di Indonesia, itu berarti Provinsi Riau yang dulunya terdiri dari 16 Kabupaten/Kota sekarang hanya menjadi 11 Kabupaten/Kota. Kabupaten-kabupaten tersebut adalah; (1) Kuantang Singingi, (2) Inderagiri Hulu, (3) Inderagiri Hilir, (4) Pelalawan, (5) Siak, (6) Kampar, (7) Rokan Hulu, (8) Bengkalis, (9) Rokan Hilir, dan Kota (10) Pekanbaru, (11) Dumai.


Sumber :
http://www.riau.go.id/index.php?mod=halutama&link=sejarah

Kota Pekanbaru


Kota Pekanbaru "Ibu Kota Provinsi Riau" berperan sebagai pusat pemerintahan, perdagangan, transportasi, dan juga peluang bisnis dan Investasi yang cukup menjanjikan. Sebagai bukti bahwa Pekanbaru sebagai kota peluang masa depan, akhir-akhir ini telah hadir dua konsulat negara asing dari Malaysia dan Singapura membuka kantor mereka di kota ini.

Informasi Umum

Kota Pekanbaru berada hampir di tengah Pulau Sumatera atau pada posisi Timur jajaran Bukit Barisan. Total wilayah kota ini adalah ± 633,01 km², dengan ketinggian 5-50 m diatas permukaan laut dan memiliki iklim tropis dengan suhu berkisar antara 23ºC-33ºC.

Secara Geography, Kota Pekanbaru terletak pada posisi 101º14' 101º34 Bujur Timur dan 0º25'-0º45 Lintang Utara, dengan batas-batas sebagai berikut:

Utara : Kabupaten Kampar dan Siak

Selatan : Kabupaten Pelalawan

Barat : Kabupaten Kampar

Timur : Kabupaten Pelalawan

Sebagai sebuah kota moern, Kota Pekanbaru secara berkelanjutan dilengkapi dengan infrastruktur/ fasilitas umum yang semakin baik. Dengan tersedianya transportasi darat, laut, serta udara, kota-kota besar dan negara-negara tetangga dapat dijangkau melalui Bandara Sultan Syarif Kasim II. Pelabuhan kapal dan ferry di Sungai Siak dan jaringan jalan raya yang menghubungkan Kota Pekanbaru dengan seluruh kota-kota di Pulau Sumatera bahkan Jakarta sebagai Ibu Kota Negara.

Infrastruktur penting lainnya adalah Jaringan Listrik,Air Bersih, Layanan Kesehatan, dan Perbankan juga telah tersedia. Pemerintah Daerah juga telah mendukung berdirinya Perguruan Tinggi untuk membawa masyarakat Riau ke arah pendidikan yang semakin baik. Empat Universitas Negeri dan Swasta dan sejumlah Perguruan Tinggi dari berbagai disipin ilmu dapat ditemukan di Kota Pekanbaru. Dalam rangka mendukung jalannya kegiatan dunia usaha, Kota Pekanbaru juga telah memiliki 33 Bank Pemerintah dan Swasta.


Sumber :
http://www.riau.go.id/index.php?mod=halutama&link=pekanbaru
16 April 2009

Sumber Gambar:
http://babesajabu.wordpress.com/2009/12/05/sejarah-kota-pekanbaru/

Sejarah Pekanbaru

Nama Pekanbaru dahulunya dikenal dengan nama "Senapelan" yang pada saat itu dipimpin oleh seorang Kepala Suku disebut Batin. Daerah yang mulanya sebagai ladang, lambat laun menjadi perkampungan. Kemudian perkampungan Senapelan berpindah ke tempat pemukiman baru yang kemudian disebut Dusun Payung Sekaki yang terletak di tepi muara sungai Siak.

Nama Payung Sekaki tidak begitu dikenal pada masanya melainkan Senapelan. Perkembangan Senapelan berhubungan erat dengan perkembangan Kerajaan Siak Sri Indrapura. Semenjak Sultan Abdul Jalil Alamudin Syah menetap di Senapelan, beliau membangun istananya di Kampung Bukit berdekatan dengan perkampungan Senapelan. Diperkirakan istana tersebut terletak di sekitar Mesjid Raya sekarang. Sultan Abdul Jalil Alamudin Syah mempunyai inisiatif untuk membuat Pekan di Senapelan tetapi tidak berkembang. Usaha yang telah dirintis tersebut kemudian dilanjutkan oleh putranya Raja Muda Muhammad Ali di tempat baru yaitu disekitar pelabuhan sekarang.

Selanjutnya pada hari Selasa tanggal 21 Rajah 1204 H atau tanggal 23 Juni 1784 M berdasarkan musyawarah datuk-datuk empat suku (Pesisir, Lima Puluh, Tanah Datar dan Kampar), negeri Senapelan diganti namanya menjadi "Pekan Baharu" selanjutnya diperingati sebagai hari lahir Kota Pekanbaru. Mulai saat itu sebutan Senapelan sudah ditinggalkan dan mulai populer sebutan "PEKAN BAHARU", yang dalam bahasa sehari-hari disebut PEKANBARU.

Perkembangan selanjutnya tentang pemerintahan di Kota Pekanbaru selalu mengalami perubahan, antara lain sebagai berikut :

SK Kerajaan Besluit van Her Inlanche Zelf Bestuur van Siak No.1 tanggal 19 Oktober 1919, Pekanbaru bagian dari Kerajaan Siak yang disebut District.

Tahun 1931 Pekanbaru masuk wilayah Kampar Kiri dikepalai oleh seorang Controleur berkedudukan di Pekanbaru.

Tanggal 8 Maret 1942 Pekanbaru dikepalai oleh seorang Gubernur Militer disebut Gokung, Distrik menjadi Gun dikepalai oleh Gunco.

Ketetapan Gubernur Sumatera di Medan tanggal 17 Mei 1946 No.103 Pekanbaru dijadikan daerah otonom yang disebut Haminte atau Kota b.

UU No.22 tahun 1948 Kabupaten Pekanbaru diganti dengan Kabupaten Kampar, Kota Pekanbaru diberi status Kota Kecil.

UU No.8 tahun 1956 menyempurnakan status Kota Pekanbaru sebagai kota kecil.
UU No.1 tahun 1957 status Pekanbaru menjadi Kota Praja.

Kepmendagri No. Desember 52/I/44-25 tanggal 20 Januari 1959 Pekanbaru menjadi ibukota Propinsi Riau.

UU No.18 tahun 1965 resmi pemakaian sebutan Kotamadya.

UU No.22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah sebutan Kotamadya berubah menjadi Kota.


Sumber :
http://www.pekanbaru.go.id/sejarah-pekanbaru/

Profil Kota Dumai


Kota Dumai merupakan salah satu Kota di Provinsi Riau. Secara geografis terletak antara 1o23 -1o24 23 BT dan antara 101o23 37 -101o28 13 LU, berbatasan dengan Selat Rupat disebelah utara, Kecamatan Bukit Batu Kabupaten Bengkalis disebelah timur, Kecamatan Mandau dan kecamatan Bukit Batu Kabupaten Bengkalis disebelah selatan, Kecamatan Tanah Putih dan Kecamatan Bangko Kabupaten Rokan Hilir disebelah barat. Luas wilayah Kota Dumai 1.872,38 Km2.

Secara administratif, Kota Dumai terbagi menjadi lima Kecamatan dan 32 Kelurahan. Pada tahun 2000 memiliki jumlah penduduk 173.188 jiwa yang terdiri dari 89.953 jiwa pria dan 83.235 jiwa wanita dengan laju pertumbuhan rata-rata sebesar 4,5%.
Dilihat dari segi ekonomi, total nilai PDRB menurut harga konstan yang dicapai Kota

Untuk kegiatan ekspor, pada tahun 2004 konstribusi nilai ekspor terbesar Kota Dumai datang dari sektor Hasil industri sebesar 1.779.850.600 ribu US$, minyak kelapa sawit 1.509.650.200 ribu US$ dan hasil minyak 211.468.716 ribu US$.

Di sektor perkebunan, komoditi unggulan yang dihasilkan daerah ini pada tahun 2006 berupa kelapa sawit (40.645 ton), karet (36.372 ton), kelapa dalam (863 ton). Kota Dumai terkenal dengan kilang-kilang minyaknya, terdapat berbagai industri di daerah ini yang merupakan tulang punggung perekonomian daerah ini.

Industri di Kota Dumai ini sebagian besar pasokan bahan bakunya berasal dari hasil perkebunan terutama pengolahan CPO yang berasal dari kelapa sawit dan pertambangan berupa minyak bumi, timah, juga terdapat beberapa industri seperti garmen, tekstil, elektronik, kimia, perakitan mobil dan industri lainnya.

Di sektor pariwisata, Sebagai gerbang utama untuk memasuki Riau Daratan, beberapa turis sudah berulang kali mengunjungi Dumai, terutama yang ingin mengunjungi Malaka. Dumai sangat mudah dicapai karena transportasinya yang lancar.

Ada beberapa objek wisata yang menarik dalam perjalanan menuju Dumai, seperti adanya suku terbelakang yang dinamakan suku Sakai, hutan tropis di sepanjang jalan, dan air sungai yang warnanya unik seperti warna teh. Selain itu juga dapat dilihat beratus pipa angguk yang mengangkat minyak dari perut bumi.

Kota Dumai memiliki berbagai sarana dan prasarana pendukung diantaranya jalan darat, Bandara Pinang Kampai yang terletak di Dumai, dan Pelabuhan Dumai sebagai pelabuhan untuk kegiatan ekspor dan impor, serta dukungan sarana pembangkit tenaga listrik, iar, gas, dan telekomunikasi.


Sumber Data:
Riau Dalam Angka 2007
(01-10-2007)
BPS Provinsi Riau
Jl. Pattimura No. 12, Pekanbaru 28131
Telp (0761) 23042
Fax (0761) 21336


Catatan :

Dumai adalah salah satu pintu gerbang utama bagi daerah Riau Daratan yang dahulunya hanya sebuah kota nelayan kecil dibelahan pantai timur Sumatera. Namun saat ini kota ini telah berubah dan sedang tumbuh pesat menjadi sebuah Kota Industri dan Kota Pelabuhan Minyak yang dilengkapi dengan tangki-tangki penyimpanan minyak dan instalasi lainnya.

Informasi Umum

Secara geografis, Kota Dumai berada pada posisi 1º23-1º24'23" BT dan 101º28'13 LU dengan luas wilayah 1.727,385 km², terdiri dari tiga daerah kecamatan dengan batas wilayah sebagai berikut:

Utara : Pulau Rupat, Kabupaten Bengkalis

Selatan : Kecamatan Mandau

Barat : Kecamatan Bangko

Timur : Kecamatan Bukit Batu


Kota Dumai terdiri dari dataran rendah dan dataran tinggi dengan situasi mengarah ke arah Selatan pantai Pulau Rupat dengan kondisi topografi datar. Setiap tahun Kota Dumai mengalami iklim yang berubah-ubah dan sangat dipengaruhi oleh iklim laut dengan rata-rata curah hujan antara 200-300, dengan dua musim, yakni musim kemarau dari Maret ke Agustus dan musim hujan dari September ke Februarid dengan rata-rata suhu udara berkisar antara 24º-33º C.

Kota Dumai dengan jumlah penduduk sebanyak 230.191 jiwa merupakan salah satu kota pelabuhan paling strategis di Provinsi Riau. Sebagai pintu gerbang di pantai timur Sumatera, pelabuhan Dumai berperan penting dalam melayani aktifitas ekspor impor barang dan penumpang domestik maupun manca negara seperti Malaka Malaysia. Pelabuhan ini terdiri dari 9 unit, empat diantaranya dikelola oleh perusahaan minyak "Chevron" dan 5 unit dikelola oleh Pemerintah. Saat ini aktifitas ekspor impor menghasilkan uang sebanyak US$. 5.770,13 juta per tahun.

Saat ini sebuah kota yang berkembang pesat, Dumai telah dilengkapi dengan fasilitas dan infrastruktur yang baik seperti sarana transportasi (Jalan Raya, Pelabuhan dan Bandar Udara), Listrik, Perbankan, Layanan Telekomunikasi Canggih (termasuk Telepon Selular dan Jaringan Internet).

Dalam rangka meningkatkan fasilitas dan pelayanan terhadap pelaku bisnis dan masyarakat umum, pemerintah Kota Dumai telah mendirikan Kantor Pelayanan Terpadu dibawah koordinasi Kantor Penanaman Modal Kota Dumai dengan tujuan penghematan biaya, waktu dan prosedur pelayanan perizinan. Kantor ini berfungsi mempermudah dan mempercepat urusan perizinan.


Sumber :
http://regionalinvestment.com/newsipid/id/displayprofil.php?ia=1473
http://www.riau.go.id/index.php?mod=halutama&link=dumai


Sumber Gambar:
http://www.riau.go.id/index.php?mod=halutama&link=dumai

Kabupaten Kepulauan Meranti


Kabupaten Kepulauan Meranti adalah salah satu kabupaten di Provinsi Riau, Indonesia. Beribukota di Selatpanjang, Pulau Tebing Tinggi, terpisah dari Pulau Sumatera.


Sejarah Pemekaran

Tuntutan pemekaran Kabupaten Kepulauan Meranti sudah diperjuangkan oleh masyarakat sejak tahun 1957. Seruan pemekaran kembali diembuskan tahun 1970 dan 1990-an hingga tahun 2008. Yang merupakan satu-satunya kawedanan di Riau yang belum dimekarkan saat itu.

Pada tanggal 19 Desember 2008, DPR RI mengesahkan pembentukan Kabupaten Kepulauan Meranti di Riau yang terpisah dari Kabupaten Bengkalis.


Batas Wilayah :

Utara : Selat Malaka, Kabupaten Bengkalis
Selatan : Kabupaten Siak
Barat : Kabupaten Bengkalis
Timur : Kabupaten Karimun


Pembagian Administratif

Secara administratif, Kabupaten Kepulauan Meranti terdiri dari 5 kecamatan, dan Selat Panjang sebagai kota perdagangan penghasil sagu sekaligus sebagai ibukota kabupaten.


Kabupaten Kepulauan Meranti

Ibu kota : Selatpanjang di Tebing Tinggi
Luas : 3.707,84 km²
Penduduk :
· Jumlah 204.579 (2007)
· Kepadatan 55 jiwa/km²
Pembagian administratif :
· Kecamatan 5
· Desa/kelurahan 5 kelurahan + 70 desa
Dasar hukum : UU Nomor 12 Tahun 2009
Tanggal 16 Januari 2009
Bupati : Syamsuar


Sumber :
http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Kepulauan_Meranti

Sumber Gambar :
http://www.saturiau.com/read/ibukota/1973/2009/09/30/pejabat-non-job-dikirim-ke-mer-html

Meranti Dinilai Sangat Berkembang

Dari delapan daerah kabupaten pemekaran baru di Indonesia yang dibentuk pada 19 Desember 2008 lalu, Kabupaten Kepulauan Meranti di nilai paling maju dan berkembang. Sudah tentu ini didapat atats kerja keras semua elemen masyarakat.

Penjabat Bupati Kepulauan Meranti, Drs H Syamsuar MSi, ketika ditemui Dumai Pos, beberapa waktu lalu dengan tulus mengungkapkan bahwa dirinya sering berkomunikasi dengan delapan kepala daerah kabupaten pemekaran lain.

Dari situ diketahui Kabupaten Kepulauan Meranti paling banyak kemajuan. "Saya sering bertemu dan berkomunikasi dengan penjabat bupati yang sama dimekarkan dan dilantik pada 26 Mei 2009 lalu. Dari sini saya mengetahui kalau Meranti jauh lebih siap dibandingkan dengan daerah lainnya yang sama dimekarkan tersebut," ungkap Syamsuar akhir pekan lalu.

Kemajuan dimaksud menyangkut beberapa beban tugas yang diamanahkan Menteri Dalam Negeri (Mendagri) kepada penjabat bupati kabupaten pemekaran, termasuk Kepulauan Meranti yang dilantik pada 26 Mei 2009 lalu. Intinya, ada empat beban tugas yang dibebankan dan harus dilaksanakan oleh seorang penjabat bupati.

''Alhamdulillah, dari empat tugas yang saya emban, telah terlaksana tiga tugas. Tinggal satu lagi yakni menyukseskan pelaksanaan PemiluKada," tuturnya.

Sementara tiga tugas lain yang telah diselesaikan kata Syamsuar, di antaranya membentuk kelembagaan Struktur Organisasi Tata Kerja (SOTK) Pemkab Kepulauan Meranti, mendukung dan menfasilitasi pembentukan KPUD Kepulauan Meranti, serta mendukung dan menfasilitasi terbentuknya DPRD Kepulauan Meranti. "Untuk KPUD saat ini sudah terbentuk.

Di tempat terpisah, tokoh masyarakat Riau asal Kepulauan Meranti, H Ahmad Bebas, menilai Syamsuar memang berhasil memimpin Meranti. "Saya menilai Pak Syamsuar memang berhasil telah membawa Meranti sudah sampai sejauh ini. Dibanding kabupaten lain di Indonesia, Meranti sudah meninggalkan mereka cukup jauh. Saya kira, Pak Gubernur Riau Rusli Zainal, memang tidak salah mempercayakan amanah tersebut kepada beliau," ujar Ahmad bebas.(ari)


Sumber :
http://www.dumaipos.com/v2/berita.php?act=full&id=809&kat=13
1 Februari 2010

Istana Siak Sri Indrapura


Kabupaten Siak, memiliki beberapa bangunan megah bersejarah, sekarang difungsikan sebagai perkantoran, rumah tinggal, penginapan, toko oleh penduduk Siak. Salah satunya adalah peninggalan termasyur dengan bagunan bercirikan arsitektur gabungan antara Melayu, Arab, plus Eropa, yaitu Istana Siak Sri Indrapura.

Sepanjang perkembangan sejarah bangsa Indonesia, telah banyak meninggalkan sisa-sisa kehidupan pemberi corak khas pada kebudayaan bangsa di Siak, salah satunya adalah Istana Siak Sri Indrapura menjadi salah obyek wisata Riau.

Untuk dapat melihat Bangunan bangunan Melayu zaman/tempo dulu dijuluki juga sebagai ‘Istana Matahari Timur’, jarak tempuh dari sebelah timur Pekanbaru mencapai empat jam perjalanan melalui sungai hingga menuju Kabupaten Siak Sri Indrapura.

" Istana Matahari Timur " atau disebut juga Asserayah Hasyimiah atau ini dibangun oleh Sultan Syarif Hasyim Abdul Jalil Syaifuddin pada tahun 1889 oleh arsitek berkebangsaan Jerman. Arsitektur bangunan merupakan gabungan antara arsitektur Melayu, Arab, Eropa. Bangunan ini terdiri dari dua lantai. Lantai bawah dibagi menjadi enam ruangan sidang: Ruang tunggu para tamu, ruang tamu kehormatan, ruang tamu laki-laki, ruang tamu untuk perempuan, satu ruangan disamping kanan adalah ruang sidang kerajaan, juga digunakan untuk ruang pesta. Lantai atas terbagi menjadi sembilan ruangan, berfungsi untuk istirahat Sultan serta para tamu Istana.

Banguna Istana Siak bersejarah tersebut selesai pada tahun 1893. Pada dinding istana dihiasi dengan keramik khusus didatangkan buatan Prancis. Beberapa koleksi benda antik Istana, kini disimpan Museum Nasional Jakarta, Istananya sendiri menyimpan duplikat dari koleksi tersebut.

Diantara koleksi benda antik Istana Siak adalah: Keramik dari Cina, Eropa, Kursi-kursi kristal dibuat tahun 1896, Patung perunggu Ratu Wihemina merupakan hadiah Kerajaan Belanda, patung pualam Sultan Syarim Hasim I bermata berlian dibuat pada tahun 1889, perkakas seperti sendok, piring, gelas-cangkir berlambangkan Kerajaan Siak masih terdapat dalam Istana.

Dipuncak bangunan terdapat enam patung burung elang sebagai lambang keberanian Istana. Sekitar istana masih dapat dilihat delapan meriam menyebar ke berbagai sisi-sisi halaman istana, disebelah kiri belakang Istana terdapat bangunan kecil sebagai penjara sementara.

Beberapa bangunan sejarah lainnya tak hanya Istana Siak dapat juga dilihat sekitar bangunan:

Jembatan Siak
Jembatan Istana Siak berada sekitar 100 meter disebelah Tenggara kompleks Istana Siak Sri Indrapura. Jembatan tersebut berangka tahun 1899. Dibawah jembatan istana terdapat sungai (parit), diduga dulu sekaligus sebagai parit pertahanan kompleks istana.

Balai Kerapatan

Balai Kerapatan Tinggi Siak pada masa pemerintahan Sultan Assyaidisyarif Hasyim Abdul Jalil Syaifuddin pada tahun 1889. Bangunan istana menghadap kearah sungai (selatan). Tangga masuk bangunan terbuat dari beton. Balai Kerapatan tinggi Siak dahulu berfungsi sebagai tempat pertemuan (sidang) Sultan dengan Panglima-panglimanya.

Bangunan bertingkat 2, denah persegi 4, berukuran 30, 8 X 30, 2 m dengan tiang utama berupa pilar berbentuk silinder. Lantai bawah bangunan terdiri dari 7 ruang dan lantai atas 3 ruang.


Masjid Syahabuddin
Merupakan masjid Kerajaan Siak, dibangun pada masa pemerintahan Sultan Kasim I. Masjid berdenah 21, 6 X 18, 5 m. Bangunan masjid telah berkali-kali mengalami perbaikan tetapi masih mempertahankan bentuk aslinya.

Makam Sultan Kasim II
Terletak dibelakang masjid Syahabuddin, dimakamkan Sultan Kasim II (Sultan terakhir mangkat pada 23 April 1968. Jirat makam sultan berbentuk 4 undak dari tegel dan marmer berukuran panjang 305 cm. Lebar 153 cm. Dan tinggi 110 m. Nisannya dari kayu berukir motif suluran –suluran. Bentuknya bulat silinder bersudut 8 dengan diameter 26 cm dan kelopak bunga teratai.


Catatan:

Kesultanan Siak Sri Inderapura atau sering disebut sebagai Kesultanan Siak saja adalah kerajaan yang berdiri tahun 1723-1946 di daerah Provinsi Riau sekarang, tepatnya di Kabupaten Siak. Ibukotanya adalah Siak Sri Indrapura.

Kerajaan ini didirikan di Buantan oleh Raja Kecik, putra kerajaan Pagaruyung yang bergelar Sultan Abdul Jalil Rahmad Syah pada tahun 1723, setelah gagal merebut tahta Kesultanan Johor.

Setelah proklamasi kemerdekaan raja Siak terakhir Sultan Syarif Kasim II menyatakan kerajaannya bergabung dengan Republik Indonesia yang baru berdiri.


Berikut adalah daftar sultan-sultan Kerajaan Siak Sri Indrapura:

Sultan Abdul Jalil Rahmad Syah I (1725-1746)
Sultan Abdul Jalil Rahmad Syah II (1746-1765)
Sultan Abdul Jalil Jalaluddin Syah (1765-1766)
Sultan Abdul Jalil Alamuddin Syah (1766-1780)
Sultan Muhammad Ali Abdul Jalil Muazzam Syah (1780-1782)
Sultan Yahya Abdul Jalil Muzaffar Syah (17821784)
Sultan Assaidis Asyarif Ali Abdul Jalil Syaifuddin Baalawi (1784-1810)
Sultan Asyaidis Syarif Ibrahim Abdul Jalil Khaliluddin (1810-1815)
Sultan Assyaidis Syarif Ismail Abdul Jalil Jalaluddin (1815-1854)
Sultan Assyaidis Syarif Kasyim Abdul Jalil Syaifuddin I (Syarif Kasyim I, 1864-1889)
Sultan Assyaidis Syarif Hasyim Abdul Jalil Syaifuddin (1889-1908)
Sultan Assyaidis Syarif Kasyim Abdul Jalif Syaifudin I (Syarif Kasyim II), (1915-1949)

Sumber :
http://www.pekanbaruriau.com/2009/05/istana-siak-sri-indrapura.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Kesultanan_Siak_Sri_Inderapura

Siak Potensi Jadi Cagar Biosfer Dunia


Kawasan Taman Nasional Zamrud memiliki areal hutan lindung yang luas. Selain berpotensi menjadi objek wisata, kawasan ini juga mempunyai beragam satwa di dalamnya.

PERINGATAN Hari Lingkungan Hidup se-dunia harus dijadikan momentum penyadaraan seluruh komponen masyarakat tentang pentingnya memelihara lingkungan dan melestarikan alam. Sebagai kabupaten baru yang memiliki cadangan hutan yang luas, maka Siak berpotensi menjadi salah satu cagar biosfer dunia.

‘’Ini sebuah peringatan alam yang sudah tidak bersahabat dengan manusia dan tanda-tanda itu sudah terlihat saat ini. Makanya peringatan Hari Lingkungan Hidup harus menjadi tolok ukur masyarakat untuk mencintai lingkungan,’’ tegas Ketua DPRD Siak H Chairuddin Yunus kepada Riau Pos, Ahad (7/6) di Siak.

Ia menyebutkan, peringatan Hari Lingkungan Hidup se-dunia yang akan digelar oleh Pemkab Siak 13 Juni mendatang jangan hanya sebatas kegiatan seremonial belaka. Tapi harus ada gebrakan untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk mencintai hutan dan penghijauan. Jika kegiatan itu seremonial, maka lebih baik dana yang digunakan diberikan kepada masyarakat untuk membeli bibit tanaman dan di tanam di depan rumahnya.

Chairuddin mengatakan, kegiatan seremonial hanya mampu menguras uang dan tenaga, tapi tidak membekas di hati masyarakat. Makanya upaya pemerintah untuk memulihkan kondisi alam ini harus didukung bersama-sama, jika tidak dunia ini semakin hari semakin panas dan banyak pancaroba.

Makanya, terkait sidang K21 MAB UNESCO di Jeju Korea yang menerima usulan terbentuknya cagar biosfer Giam Siak Kecil-Bukit Batu sebagai cagar biosfer atau kawasan konservasi yang diakui dunia dan memiliki jaringan di seluruh dunia, harus mendapat dukungan masyarakat.

Apalagi cagar biosfer Giam Siak Kecil-Bukit Batu merupakan cagar biosfer pertama di Riau dan cagar biosfer ke-7 di Indonesia setelah 28 tahun terakhir dibentuk. Terakhir cagar biosfer di Indonesia dikukuhkan tahun 1981. Di kawasan cagar biosfer selain menjadi kawasan konservasi akan menjadi pusat riset gambut. ‘’Seharusnya kegiatan seperti ini kita dukung. Dukungan ini juga harus melalui masyarakat secara luas,’’ ujarnya.

Chairuddin menyampaikan, Kabupaten Siak memiliki areal hutan lindung yang luas yang mencapai 32 ribu hektare lebih di Kawasan Tanam Nasional Zamrud dan juga di Tahura, Minas. Makanya ke depan Siak memiliki peluang yang besar untuk dijadikan cagar biosfer dunia. Makanya mulai saat ini pemerintah harus mengawasi secara ketat perambahan hutan yang dilakukan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab.

Menurutnya, kerusakan hutan yang menimbulkan berbagai dampak tentunya harus menjadi perhatian semua pihak. Terutama pemerintah dan aparat keamanan jangan lagi ikut bermain dalam perambahan hutan, baik langsung maupun tidak langsung. Karena jika ini terjadi, maka kondisi dunia ini tidak akan pernah pulih dan tinggal menunggu kehancurannya saja.(rnl)


Sumber :
http://www.riaupos.com/main/index.php?mib=berita.detail&id=13689, dalam :
http://www.indonesia.go.id/id/index.php?option=com_content&task=view&id=10198&Itemid=837
8 Juni 2009

Sumber Gambar:
http://rencanatataruangriau.blogspot.com/2007/09/trs-tataruangriau-re-dukungan-untuk_01.html

IPB Bantu Kabupaten Rokan Hulu Revitalisasi Pertanian


Institut Pertanian Bogor (IPB) dan Pemerintah Kabupaten Rokan Hulu, Provinsi Riau, menjalin kerja sama untuk merevitalisasi sektor pertanian dan mempercepat pembangunan di kabupaten tersebut.

"Melalui kerja sama ini IPB dapat membantu Kabupaten Rokan Hulu untuk merevitalisasi pertanian," kata Rektor IPB Prof Dr Ir Herry Suhardiyanto di Bogor, Minggu.

Ia menjelaskan, perjanjian kerja sama tersebut ditandangani pada akhir Januari 2010 antara pihaknya dengan Bupati Rokan Hulu Drs H Ahmad, MSi,

Menanggapi kerja sama itu, Bupati Ahmad menyampaikan bahwa Pemerintah Kabupaten Rokan Hulu berharap IPB dapat membantu daerah itu mengingat banyak tanaman buah di Kabupaten Rokan Hulu yang kini mulai langka.

Ia mengatakna, pihaknya ingin memunculkan kembali potensi buah tersebut.

Pemkab Rokan Hulu juga mengharapkan kerja sama ini dapat dilaksanakan dengan langkah konkret, efisien dan efektif.

Pemkab juga telah menganggarkan lebih kurang 25 persen hingga 27 persen APBD untuk memajukan pendidikan, sebagai upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) di kabupaten tersebut.

Untuk itu, Bupati juga ingin meningkatkan SDM aparatur dan tenaga pendidik di wilayahnya melalui kerja sama pendidikan dengan program pascasarjana IPB.

Rektor IPB menambahkan, penandatanganan kerja sama itu dipandang sebagai kegiatan lanjutan yang selama ini telah dikembangkan oleh IPB untuk melakukan revitalisasi pertanian dan percepatan pembangunan pedesaan dan daerah, yang bertujuan membantu menanggulangi masalah pembangunan di daerah, dan mengambangkan teknologi yang dapat menghasilkan produk berkualitas tinggi.

Ia mengatakanm, IPB mengembangkan berbagai penelitian terkait dengan peningkatan produksi pangan dan energi alternatif.

Menurut dia, Pusat Studi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan (PSP3) telah bekerja sama dengan Ditjen Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (PMD) Kementerian Dalam Negeri di bidang pembangunan kawasan pedesaan berbasis masyarakat di Kabupaten Rokan Hulu, Provinsi Riau. (ant)


Catatan:

Komoditi Kabupaten Rokan Hulu datang dari sektor pertanian, perikanan, perkebunan, dan industri. Di sektor pertanian, sapi merupakan komoditi unggulan. Di sektor perikanan, perikanan tangkap dan perikanan budidaya merupakan unggulan di Rokan Hulu. Di sektor perkebunan kelapa sawit, karet, kopi, dan kakao menjadi komoditi unggulan. Perkebunan kelapa sawit menggunakan lahan seluas 97.235 ha. Di sektor industri, industri minyak goreng merupakan komoditi unggulan di Rokan Hulu.
Ada sekitar 2 perusahaan yang bergerak di bidang perkebunan yaitu PT. Eluan Mahkota dan PT. Budhi Data.


Sumber Data:
Riau Dalam Angka 2007
(01-10-2007)
BPS Provinsi Riau
Jl. Pattimura No. 12, Pekanbaru 28131
Telp (0761) 23042
Fax (0761) 21336

Sumber :
http://www.sinarharapan.co.id/berita/read/ipb-bantu-kabupaten-rokan-hulu-revitalisasi-pertanian/
7 Februari 2010

http://regionalinvestment.com/sipid/id/displayprofil.php?ia=1407

Rokan Hilir, Wisata ALAM di Bagan Siapi-api



Rokan Hilir. Sebuah nama yang eksotik, seeksotik potensi wisata alam dan budayanya. Di wilayah kabupaten yang baru diresmikan pada 4 Oktober 1999 ini tidak hanya ada kota unik. Bagan Siapiapi yang dikenal sebagai penghasil ikan terbesar kedua di dunia (setelah Norwegia), tapi ternyata juga menyimpan objek-objek wisata alam yang masih 'perawan' dan mungkin tak ada duanya.

Bagan Siapiapi, ibukota Rokan Hilir, adalah kota tua yang benar-benar eksotik, dengan mayoritas penduduk Tionghoa yang memiliki berbagai tradisi budaya unik sepeti ritual go cap lak (bakar tongkang), upacara chue kau, tari liong dan barongsai, perayaan Imlek dengan taburan berjuta lampion unik, gadis-gadis tan ki yang trance di jalan-jalan menjelang ritual go cap lak, serta kelenteng-kelenteng artistik yang berdiri megah di beberapa sudut jalan.

Memasuki kota Bagan Siapiapi, terutama pada sekitar perayaan Imlek, akan terasa seperti berada di pinggiran kota Shanghai dengan jutaan lampion bergelantungan pada tiap teras rumah, pertokoan, pasar tradisional, hotel dan rumah-rumah makan, serta tali-tali yang direntangkan di sekeliling pusat keramaian. Pada malam hari, lampion-lampion itu memancarkan cahaya gemerlap bagai berjuta bintang.

Ritual bakar tongkang hanyalah salah satu daya tarik wisata Rokan Hilir. Masih banyak objek lain yang tak kalah menarik untuk dikunjungi di salah satu kabupaten di Provinsi Riau itu yakni wisata alam bahari. Di Rokan Hilir, anda bisa menikmati keindahan pantai dan pulau-pulau di perbatasan dengan Malaysia. Salah satu objek wisata kepulauan yang paling menarik adalah Pulau Jemur. Pulau ini terletak lebih kurang 45 mil di lepas pantai Bagan Siapiapi, dan 45 mil dari negara tetangga, Malaysia. Jadi, persis di perbatasan antara Indonesia dan Malaysia.


Sumber :
http://forum.vibizportal.com/showthread.php?t=4432
7 Januari 2010

Kesultanan Pelalawan (1761-1959)


Berdasarkan sumber dari penulis asing, sejarah Kesultanan Pelalawan bermula pada tahun 1761 M. Sultan pertamanya adalah As-Syaidis Syarif Abdurrahman Facruddin atau yang dikenal dengan Marhum Kota. Sultan terakhirnya adalah As-Syaidis Syarif Harun bin Hasyim Fachruddin atau yang dikenal dengan Marhum Setia Negara yang memerintah pada tahun 1940-1959 M.

Kesultanan Pelalawan saat ini berada di wilayah kabupaten Pelalawan Provinsi Riau. (Tengkoe Nazir, Sari Sejarah Pelalawan, 1984).


Pengaruh Islam

Dalam “Seminar Sejarah Masuknya Islam ke Indonesia” yang berlangsung di Medan (1963), sebagian ulama dan para ahli sejarah Islam telah menyatukan pendapat bahwa Islam masuk ke Indonesia pada Abad 1 Hijrah atau dalam Abad VII dan VIII Masehi, langsung dari Tanah Arab ke Pasai. Bukan tidak mungkin, para da’i yang berprofesi juga sebagai pedagang yang berasal dari Arab telah singgah dan menyeberangi Sungai Kampar. Sebab, dalam sejarah disebutkan bahwa sepanjang Sungai Kampar terdapat bandar-bandar dan pelabuhan-pelabuhan yang ramai, terutama dalam perdagangan lada dan emas. Dengan adanya Sungai Kampar inilah selanjutnya perkembangan Islam menyebar ke Kuantan, Rokan dan Minangkabau Sumatera Barat sekitar Abad XIII dan XV.

Petunjuk dan bukti bahwa Islam benar-benar sudah menjadi budaya masyarakat Pelalawan adalah adanya peninggalan kebudayaan yang bernafaskan Islam yang masih dipegang erat oleh masyarakat Pelalawan. Ulama yang berjasa besar dalam penyebaran Islam di daerah Kesultanan Pelalawan adalah:

1. Said Syarif Abdullah bin Jaafar bin idrus bin Abdullah bin Idrus berasal dari Hadramaut. Beliau adalah seorang ulama zuhud berpangkat waliyullah yang diutus dari Kekhilafahan Ustmaniyah. Wafat di Pelalawan pada tahun 1821 M dan dimakamkan di Mempusun Pelalawan.

2. Syaikh Mustafa Alkhalidy bin Marhum Muhammad Baqir Sungai Tabir Jambi yang belajar Islam dari Tanah Suci Makkah.


Syariah Islam: Sendi Aturan Masyarakat

Di bidang sosial kemasyarakatan, Islam tampak memberikan pengaruh atas setiap permasalahan yang dihadapi Sultan. Jika terkait dengan masalah yang mubah maka terlebih dulu diselesaikan dalam cara musyawarah untuk mencapai mufakat. Setiap sultan yang telah mangkat atau wafat secara khusus diberi gelar khusus, yakni marhum, atau almarhum (yang dirahmati). Inilah beberapa ciri bagaimana syariah Islam dijadikan sebagai budaya dalam kehidupan bermasyarakat.

Di bidang hukum/peradilan, Islam menjadi pedoman utama. Hal ini terbukti dengan adanya satu gedung yang hingga saat ini masih ada yang khusus digunakan untuk menyidangkan perkara-perkara yang berkaitan dengan hudûd, jinâyât dsb. Gedung peradilan ini menjadi tempat penyelesaian seluruh masalah hukum; tidak dibedakan apakah itu hukum militer atau hukum sipil, ataupun hukum perdata atau pidana. Semua perkara diselesaikan dalam satu peradilan.

Di bidang pemerintahan, sebagaimana kesultanan lain di Nusantara, struktur pemerintahan Kesultanan Pelalawan tidak jauh berbeda. Struktur tertinggi adalah sultan, dibantu oleh 4 datuk sebagai wazir/pembantu (Datuk Angku Raja Lela Putera, Datuk bandar Setia Diraja, Datuk Laksemana Mangku Diraja, dan Datuk Kampar Samar Diraja). Masing-masing datuk memimpin dan mengurus wilayahnya masing-masing—kalau sekarang setingkat kecamatan.

Menurut Adat Melayu, oleh penulis asing selalu disebut Adat Tumenggung, orang-orang besar Kerajaan diangkat dengan atau tanpa permufakatan bersama Sultan, diberi gelar yang dianggap patut. Mereka dipercaya untuk memegang fungsi-fungsi penting seperti: Panglima Perang, Laksemana, Syahbandar, Bentara dan lain-lain. Struktur terkecil adalah kebatinan atau penghulu; berjumlah 29 (Tengkoe Nazir, Sari Sejarah Pelalawan,1984).


Hubungan Kesultanan Pelalawan dengan Khilafah Ustmaniyah

Hubungan Kesultanan Pelalawan dengan Khilafah Ustmaniyah sangat erat, seperti halnya Kesultahanan Malaka dengan Khilafah Ustamaniyah. Ketika terjadi perang melawan Belanda, Kesultanan Pelalawan mendapat bantuan meriam atau persenjataan langsung dari Kesultanan Mlaka atas Perintah Khilafah Ustmaniyah. Hal ini dinyatakan langsung oleh Tokoh atau Budayawan Riau, H. Tenas Efendi, ketika menjelaskan sejarah Kesultanan Pelalawan. Beliau merupakan keturunan Sultan Pelalawan.
Hubungan lain yang dapat dilihat adalah dari pakaian resmi Sultan Pelalawan yang sama persis dengan pakaian resmi Sultan di Malaka dan Khalifah Ustmani di Istanbul Turki. Ini bukanlah sesuatu yang tidak disengaja. [Gus Uwik]


Sumber :
http://www.seruan-global.com/jejak-nusantara/kesultanan-pelalawan-1761-1959.html
13 September 2009

Sumber Gambar:
http://zakiapoem.blogspot.com/

Kabupaten Kuantan Singingi (Kuansing)


Sebagian besar daerah-daerah di Kabupaten Kuantan Singingi berfungs sebagai sentra perkebunan Karet dan perkebunan Kelapa Sawit. Disamping itu, di sektor pertanian daerah ini juga memproduksi beraneka ragam komoditi antara lain Padi, Sayur-sayuran, dan buah-buahan seperti Jeruk, Rambutan, Mangga, Pisang dan lain-lain.

Informasi Umum

Secara geografis Kabupaten Kuantan Singingi terletak pada posisi 0 º00' LU - 1º00' LS dan 101º02' BT - 101º55' BT dengan wilayah seluas 5.202,16 km². Ibu Kota Kabupaten Kuantan Singingi adalah Taluk Kuantan.

Jarak antara Ibu Kota Kabupaten Kuantan Singingi dengan Kota Pekanbaru adalah 115,90 km. Iklim daerah kabupaten ini adalah tropis dengan suhu udara maksimum berkisar antara 32,6º C - 36,5º C dan suhu udara minimum berkisar antara 19,2º C - 22,0º C.

Pada tahun 2006, jumlah curah hujan di Kabupaten Kuantan Singingi adalah 1.617 mm/tahun. Jumlah curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Maret dengan jumlah 245 mm. Sementara jumlah curah hujan terendah terjadi pada bulan Agustus yaitu 49 mm dan jumlah hari terjadi hujan dalam setahun adalah 120 hari.

Berikut ini batasan-batasan wilayah Kabupaten Kuantan Singingi:

Utara : Kabupaten Kampar dan Pelalawan

Selatan : Provinsi Jambi

Barat : Provinsi Sumatera Barat

Timur : Kabupaten Indragiri Hulu

Secara administrasi Kabupaten Kuantan Singingi dibagi kedalam 12 kecamatan, 11 kelurahan dan 198 desa. Jumlah penduduk Kuantan Singingi berdasarkan sensus penduduk tahun 2006 adalah 249.606 jiwa dengan rata-rata kepadatan penduduk adalah 47,98 jiwa/km².

Penduduk di kabupaten ini sebagian besar bekerja di sektor pertanian (68.43%), sisanya bekerja pada sektor perdagangan (13.14%), sektor industri (6,55%), sektor jasa (5,60%), sektor transportasi dan komunikasi (2,99%), sektor konstruksi (2,30%), sektor pertambangan, listrik, gas dan air (0,68%). Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kuantan Singingi tanpa Migas cenderungmeningkat. Pada tahun 2003 jumlah PDRB tanpa Migas adalah Rp. 1,8 triliun. PDRB tanpa Migas tahun 2004 adalah Rp. 1,9 triliun dan pada tahun 2005 PDRB tanpa Migas adalah Rp. 2,1 triliun (Sumber BPS Kabupaten Kuantan Singingi, 2007).

Sebagai salah satu kabupaten diantara kabupaten-kabupaten lain yang ada di Provinsi Riau, Kabupaten Kuantan Singingi secara berkelanjutan melakukan peningkatan fasilitas dan infrastruktur. Fasilitas dan infrastruktur yang telah tersedia saat ini antara lain:

Jaringan jalan (1.620,69 km, terdiri dari 329,54 km kondisi jalan bagus, 576,69 km kondisi jalan sedang dan 714,46 km kondisi jalan rusak)

Jaringan listrik dengan kapasitas terpasang 4,180 MVA (masih sangat kecil jika dibandingkan kebutuhan masyarakat energi listrik yaitu 45,752 MVA)

Jaringan telekomunikasi dan pos (telepon kabel, telepon selular, dan saat ini telah tersedia jaringan internet)

Air bersih, dikelola oleh PDAM dibeberapa kecamatan dengan kapasitas volume 483.804 m3
Pelayanan kesehatan, RSUD 1 unit, Puskesmas 16 unit, Puskesmas Pembantu 63 unit dan 4 dokter spesialis, 37 dokter umum, 15 dokter gigi

Perbankan, BNI, BRI, Bank Riau, BPR dan ATM

Pendidikan (Sekolah Dasar, Sekolah Lanjut Tingkat Pertama dan Tingkat Atas, Institut


Catatan

Kuantan Singingi adalah sebuah Kabupaten di Provinsi Riau. Tidak ubahnya seperti kabupatem lainnya di Riau, Kuantan Singingi mengambil namanya dari sungai yang mengalir di Kabupaten itu, Sungai Kuantan. Ibu Kota Kuantan Singingi berpusat di Taluk Kuantan.

Kuantan Singingi merupakan pecahan kabupaten Indragiri Hulu, namun pada tahun 1999 Kuantan Singingi (Kuansing) resmi menjadi sebuah kabupaten. Salah satu event tahunan yang plaing menarik di Kuansinng adalah Festival Pacu Jalur yang selalu ramai pengunjung.

Daftar Nama Bupati Kuansing
Hingga sekarang pejabat Bupati Kuantan Singingi sudah mengalami beberapa kali pergantian diantaranya:

1. Drs. H. Rusdji S Abrus periode tahun 2000 – 2001
2. Drs. H. Asrul Ja’afar periode 2001 – 2006
3. H. Sukarmis periode tahun 2006 – sekarang

Kecamatan di Kuansing
- Kuantan Tengah
- Singingi
- Kuantan Mudik
- Kuantan Hilir
- Cerenti
- Benai
- Hulu Kuantan
- Gunung Toar
- Singingi Hilir
- Pangean.
- Logas Tanah Darat
- Inuman

Dalam 12 kecamatan diatas di Kabupaten Kuansing, setidaknya saat ini ada 151 pemerintahan Desa/Kelurahan.


Sumber :
http://nntp.riau.go.id/index.php?mod=halutama&link=kuansing
http://www.pekanbaruriau.com/2009/11/kabupaten-kuantan-singingi-kuansing.html

Potensi Wisata Kabupaten Kampar


Candi Muara Takus
ini terletak di desa Muara Takus, Kecamatan XIII Koto Kampar atau jaraknya kurang lebih 135 kilometer dari Kota Pekanbaru. Jarak antara kompleks candi ini dengan pusat desa Muara Takus sekitar 2,5 kilometer dan tak jauh dari pinggir sungai Kampar Kanan. Kompleks candi ini dikelilingi tembok berukuran 74 x 74 meter, diluar arealnya terdapat pula tembok tanah berukuran 1,5 x 1,5 kilometer yang mengelilingi kompleks ini sampai ke pinggir sungai Kampar Kanan. Di dalam kompleks ini terdapat pula bangunan candi Tua, candi Bungsu dan Mahligai Stupa serta Palangka. Bahan bangunan candi terdiri dari batu pasir, batu sungai dan batu bata. Menurut sumber tempatan, batu bata untuk bangunan ini dibuat di desa Pongkai, sebuah desa yang terletak di sebelah hilir kompleks candi. Bekas galian tanah untuk batu bata itu sampai saat ini dianggap sebagai tempat yang sangat dihormati penduduk. Untuk membawa batu bata ke tempat candi, dilakukan secara beranting dari tangan ke tangan. Cerita ini walaupun belum pasti kebenarannya memberikan gambaran bahwa pembangunan candi itu secara bergotong royong dan dilakukan oleh orang ramai.Selain dari candi Tua, candi Bungsu, Mahligai Stupa dan Palangka, di dalam kompleks candi ini ditemukan pula gundukan yang diperkirakan sebagai tempat pembakaran tulang manusia. Diluar kompleks ini terdapat pula bangunan-bangunan (bekas) yang terbuat dari batu bata, yang belum dapat dipastikan jenis bangunannya. Kompleks candi Muara Takus, satu-satunya peninggalan sejarah yang berbentuk candi di Riau. Candi yang bersifat budhistis ini merupakan bukti pernahnya agama Budha berkembang di kawasan ini beberapa abad yang silam. Kendatipun demikian, para pakar purbakala belum dapat menentukan secara pasti kapan candi ini didirikan. Ada yang mengatakan abad kesebelas, ada yang mengatakan abad keempat, abad ketujuh, abad kesembilan dan sebagainya. Tapi jelas kompleks candi ini merupakan peninggalan sejarah masa silam.

Taman Rekreasi Stanum
merupakan sebuah tempat rekreasi yang terletak di ibukota Kabupaten Kampar, berjarak 1 Km dari pusat kota. Tempatnya menarik dan strategis, yakni berada diatas perbukitan yang berhawa sejuk dengan pepohonan yang rindang. Kawasan ini dilengkapi dengan berbagai fasilitas, diantaranya tempat pemandian, Musholla, Gedung Perternuan, Motel, Restoran, Panggung Hiburan, Bioskop dan Kolam Renang INDOPURA berskala Internasional, yang pernbangunannya merupakan hasil kerjasama pemerintah Indonesia dengan angkatan udara pemerintah Singapore.

Air Terjun Merangin
terletak di desa Merangin Kecamatan Bangkinang Barat, merupakan objek wisata yang memiliki keindahan alam berupa air terjun dan kawasan hutan yang masih asli dengan flora yang sangat khas. Jenis objek wisata ini adalah wisata petualangan dengan menelusuri hutan sambil menikmati kesegaran dan ketenangan serta keindahan alam di dalam dan disekitar hutan tersebut.

Mesjid Jamiâ
berlokasi di Air Tiris Kecamatan Kampar, Kabupaten Kampar. Mesjid Jamiâ dekat Pasar Air Tiris Kecamatan Kampar, mesjid ini juga memiliki keunikan tersendiri jika dibandingkan dengan mesjid-mesjid lain di Propinsi Riau. Mesjid ini dibangun pada tahun 1901. Pada puncak atapnya terdapat tingkatan menara yang cukup tinggi dan bahan bangunannya terbuat dari kayu tanpa menggunakan paku besi. Di luar mesjid terdapat sebuah sumur yang di dalamnya terendam batu besar yang mirip kepala kerbau. Konon, batu tersebut selalu berpindah tempat tanpa ada yang memindahkannya. Oleh masyarakat tempatan mesjid ini dianggap keramat dan kini banyak mendapat kunjungan wisatawan nusantara maupun mancanegara, terutama dari Singapura dan Malaysia untuk membayar nazar dan mandi di sumurnya. Kunjungan yang terbanyak sesudah Bulan Puasa atau pada hari raya Puasa Enam.

Museum Kandil Kemilau Emas
berlokasi di Pulau Belimbing Kecamatan Bangkinang, Kabupaten Kampar. Museum ini resminya baru pada tanggal 22 Mei 1988 berada di pulau Belimbing Kuok Bangkinang. Museum ini adalah sebuah rumah berbentuk rumah Adat Lima Koto Kampar yang dibangun sekitar tahun 1900 oleh almarhum Haji Hamid. Kini dalam museum ini tersimpan berbagai barang antik koleksi yang memiliki nilai sejarah seperti Barang tembikar, Alat Pertukangan, Alat Pertanian, Alat-alat penangkap ikan, alat-alat kesenian, Alat-alat pelaminan, Alat-alat perdagangan, Alat pesta dan lain-lain. Disamping alat-alat tersebut tersimpan pula dayung perahu dagang terbuat dari kayu yang sangat kuat berasal dari abad ke 18, serta sebuah kompas yang terbuat dari bambu yang dibuat oleh bangsa China karena angka-angka yang tertulis pada kompas tersebut ditulis dalam aksara China. Ada dua ratus lima puluh (250) macam barang antik koleksi musium Kandil Kemilau Emas yang semuanya merupakan koleksi warisan yang telah turun temurun sebagai barang pusaka.

Makam Syekh Burhanuddin
berlokasi di Kecamatan Kampar Kiri, Kabupaten Kampar. Almarhum Syekh Burhanuddin adalah salah seorang penyebar Agama Islam, makamnya terletak di Kuntu Lipat Kain Kabupaten Kampar. Tempat ini banyak mendapat kunjungan terutama pada hari besar Islam dan menjelang bulan Ramadhan tiba.

PLTA Koto Panjang
berlokasi di Desa Merangin, Bangkinang Barat, Kabupaten Kampar, ± 88 km dari kota Pekanbaru. Di Danau PLTA Koto Panjang ini dapat kita saksikan pemandangan alam yang sangat indah, dengan deretan bukit-bukit yang ditumbuhi pepohonan dengan jenis yang beragam. Luas areal PLTA Koto Panjang ini sekitar 12.900 Ha.

Hutan Wisata Rimbo Terantang,
Objek wisata ini berada di desa Padang Lawas yang merupakan objek wisata yang memiliki keindahan alam kawasan hutan yang masih asli dengan flora yang sangat khas. Hutan wisata ini juga berfungsi sebagai tempat penelitian. Terutama fenomena alam baik flora maupun fauna. Jenis objek wisata ini adalah wisata petualangan dengan menelusuri hutan sambil menikmati kesegaran dan ketenangan serta keindahan alam di dalam dan disekitar hutan tersebut.

Kawasan Bangkinang Siabu
memiliki daya tarik alam yang khas dan indah, kondisi floranya cukup terjaga dengan baik khawasan juga dijadikan pusat perternakan lebah madu yang menghasilkan tawon yang berkualitas baik, dan di dalamnya dijadikan tempat pembibitan ikan. Objek wisata ini terletak di desa Siabu Kecamatan Bangkinang Barat.

Taman Rekreasi Bukit Cadika
dikembangkan dari keindahan alam yang ada disekitarnya dengan menata dan melengkapi fasilitas-fasilitas yang dibutuhkan sehingga membentuk taman rekreasi dan juga dipergunakan sebagai tempat camping (bumi perkemahan) dan play ground. Kawasan ini terletak di tengah kota Bangkinang.

Rumah Asli Lontiok
terletak di desa Sipungguk Kecamatan Bangkinang Barat yang berusia lebih dari 100 tahun, daya tariknya terletak pada arsitekturnya yang mencerminkan budaya masyarakat Melayu Darat, dengan perpaduan budaya Islam.

Kawasan Bangkinang Kuok
ini berada di desa Siabu Kecamatan Bangkinang Barat yang merupakan objek wisata yang memiliki keindahan alam kawasan hutan yang masih asli dengan flora yang sangat khas. Hutan wisata ini juga berfungsi sebagai tempat penelitian. Terutama fenomena alam baik flora maupun fauna. Jenis objek wisata ini adalah wisata petualangan dengan menelusuri hutan sambil menikmati kesegaran dan ketenangan serta keindahan alam di dalam dan disekitar hutan tersebut.

Kawasan Kuala
merupakan objek wisata alam yang memiliki Keindahan alam yang sangat menarik dan menabjubkan yang terletak 40 menit dari desa Air Tiris Kecamatan Kampar. Daya tarik kawasan ini adalah keindahan alamnya yang ditunjang oleh lansekap yang masih alami dan atraktif.

Alam Muara Mentawai
merupakan objek wisata alam yang memiliki Keindahan alam yang sangat menarik dan menakjubkan yang terletak 30 menit dari desa Air Tiris Kecamatan Kampar. Daya tariknya adalah kawasan taman suaka marga satwa yang menjadi habitat bagi berbagai jenis burung serta keindahan floranya yang ditunjang oleh kawasan lansekap yang masih alami dan atraktif.

Taman Wisata Margasatwa
Obyek wisata ini berupa kawasan taman suaka marga satwa yang menjadi habitat bagi berbagai jenis burung, baik burung yang sepanjang masa menetap di kawasan ini, maupun burung-burung yang secara teratur bermigrasi dan menetap sementara dikawasan ini. Kekayaan fauna, diantaranya kupu-kupu dan kumbang-Âkumbang yang memiliki keterkaitan dengan habitat ini, yang keindahan ditunjang oleh keberadaan flora-flora khas yang tumbuh dikawasan ini, baik dari jenis tumbuhan kecil, perdu hingga pohonÂ-pohon besar lainnya menjadi dayatarik objek wisata ini. Lokasi objek wisata ini berada di desa Sialang Kubang Kecamatan Siak Hulu. Lansekap kawasan yang masih alami dilokasi obyek wisata ini menjadi daya tarik yang sangat kuat, sehingga banyak dikunjungi para wisatawan, terutarna bagi wisatawan yang tertarik untuk mempelajari fenomena alam, baik flora maupun fauna.

Pemandian Alam Petapahan,
Pemandian Alam Petapahan ini terletak di Desa Petapahan Kecamatan Tapung. Merupakan tempat pemandian dengan sumber mata air berasal dari alam. Daya tarik objek wisata ini adalah keindahan alam di sekitar tempat pemandian Petapahan ini, terdapat jalan setapak untuk mencapai ke pemandian dan untuk menikmati keindahan alamnya. Lokasi obyek wisata ini sangat menarik, terutama suasana alami yang ada, dan struktur lansekap disekitar lokasi yang sangat atraktif, sangat sesuai untuk bersantai melepas lelah, karena ketersediaan fasifitas-fasilitas pendukung yang disediakan, seperti warung, rumah makan bersuasana tradisional, shefter-shelter yang nyaman untuk bercengkrama.

Taman Rekreasi Sekijang
ini dikembangkan dari sejarah yang dimiliki oleh tempat ini, yaitu sebagai tempat persembunyian sepasang pengantin yang melakukan kawin lari. Lokasi wisata ini berada di desa Sekijang di Kecamatan Tapung Hilir. Perkawinan kawin lari merupan adat istiadat yang masih ada sampai saat ini terutama dilakukan oleh keturunan asli masyarakat kecamatan ini. Selain sejarah tempat ini, daya tarik objek wisata ini adalah keindahan alam yang telah tertata baik yang berada di sekitar taman rekreasi tersebut.

Air Terjun Alahan
merupakan objek wisata berupa keadaan Sungai kampar yang memiliki banyak jeram dengan air terjun Keadaan Sungai Kampar yang memiliki banyak jeram dengan air terjun-air terjun yang sangat indah untuk dinikmati serta menarik untuk diarungi dengan menggunakan perahu khusus. Lokasi objek wisata tersebut terletak hulu sungai Kampar Kecamatan XIII Koto Kampar. Daya tarik obyek wisata ini adalah keindahan serta kesegaran udara dan yang mengundang wisatawan terutama bagi wisatawan yang memiliki jiwa petualangan dalam mengangumi keberadaan alam. Kekayaan fauna yang terdapat di obyek wisata ini yang memiliki keterkaitan dengan habitat ini, keindahan yang ditunjang oleh keberadaan flora flora khas yang tumbuh dikawasan ini, serta Lansekap kawasan yang masih alami dilokasi obyek wisata ini menjadi daya tarik yang sangat kuat.***


Sumber :
http://www.indonesia.go.id/id/index.php?option=com_content&task=view&id=4138&Itemid=1481

Sumber Gambar :
http://www.semestaindonesia.com/cbn/?p=1920

Potensi Wisata Indragiri Hulu


TAMAN NASIONAL BUKIT TIGA PULUH : Luas keseluruhan Taman Nasional Bukit Tigapuluh (TNBT) adalah 144.223 Ha. Dengan ekosistem hutan hujan tropika dataran rendah (lowland tropical rain forest), kawasan ini merupakan peralihan antara hutan rawa dan hutan pegunungan dengan ekosistem yang unik dan berbeda dibandingkan dengan kawasan taman nasional lainnya yang ada di Indonesia. Bukit Tigapuluh merupakan hamparan perbukitan yang terpisah dari rangkaian pegunungan Bukit Barisan terletak di perbatasan Provinsi Jambi dan Riau, daerah ini merupakan daerah tangkapan air (catchment area) sehingga membentuk sungai-sungai kecil dan merupakan hulu dari sungai-sungai besar di daerah sekitarnya. Beberapa jenis fauna yang dapat dijumpai di Taman Nasional Bukit Tigapuluh antara lain : Harimau Sumatera, Beruang Madu, Tapir, Siamang, Kancil, Babi Hutan, Burung Rangkong, Kuaw, dan berbagai jenis satwa lainnya. Sedangkan jenis flora langka yang diduga endemik di kawasan tersebut adalah Cendawan Muka Rimau (Rafflesia haseltii). Selain merupakan habitat dari berbagai jenis flora dan fauna langka dan dilindungi , kawasan TNBT juga merupakan tempat hidup dan bermukim beberapa komunitas suku terasing seperti Talang Mamak, Anak Rimba dan Melayu Tua, yang menjadikan kawasan ini menarik untuk dijelajahi.


DANAU RAJA : Disamping sebagai objek wisata alam, kawasan ini Juga digunakan sebagai pusat kesenian melayu Indragiri dan pusat hiburan rakyat dengan kegiatan Tahunan seperti pemilihan raja dan ratu indragiri. Kemudian juga merupakan tempat kegiatan olahraga Tradisional seperti pacu sampan.
Lokasi terletak di Kecamatan Rengat dan potensi ini masih belum dikembangkan, Selain itu terdapat juga Danau Menduyan di desa Kota Lama, Danau Hulu di desa Danau baru.


BUDAYA SUKU ASLI TALANG MAMAK:

Satu-satunya suku pedalaman yang masih hidup dan berkembang ini adalah suku Talang Mamak yang bermukim di pedalaman Kecamatan Seberida dan Pasir Penyu dengan populasi yang relatif kecil. Mereka hidup dengan memanfaatkan hasil hutan, menangkap ikan dan sebagainya. Disamping itu mereka juga sangat berpegang teguh pada kepercayaan dan kebudayaannya.

Obyek lain yang dapat dilihat seperti Baju Bersyahadat dan pedang Perantas tanda kebesaran Patih Suku Talang Mamak di desa Talang Durian Cacar, Makam Suku Talang Mamak yang dibuat berbentuk Nisan dari kayu dan disusun menyerupai atap.
Potensi wisata budaya ini terletak di kecamatan Seberida dan Kecamatan Kelayang, dan masih belum dikembangkan.

KESENIAN TARI RENTAK BULIAN: Kesenian daerah yang cukup menonjol di Kabupaten Indragiri Hulu salah satunya Adalah seni tari RENTAK BULIAN yang biasa digunakan dalam upacara pengobatan. Tarian ini pernah menjuarai festival tari tingkat Nasional Potensi wisata budaya ini masih belum dikembangkan.


SITUS CAGAR BUDAYA

Situs cagar budaya berupa Komplek makam Raja-raja yang berada bebeapa lokasi seperti : Makam keturunan Raja Indragiri/Mohom Saleh di Tambak, makam Raja Indragiri/Narasinga II di desa Koto Lama, Makam Raja Japura dan Makam Datuk Bendahara
Komplek Makam Raja- Raja Rengat idah Hitam di desa Japura,


RUMAH TINGGI:
Lokasi : Kecamatan Rengat
Jenis objek wisata: budaya Keterangan : Potensi belum dikembangkan


AIR TERJUN
Keindahan air terjun yang ada di beberapa Kecamatan seperti : Air terjun Sungai Arang di desa Sungai Arang, Air terjun Pontianai di desa Pontianai, air terjun Pejangki di desa Pejangki, air terjun Nunusan di desa Sanglep, air terjun Siamang, Buyung, Pintu Tuuh dan Tembulun di desa Rantau langsat, air terjun Bukit Lancang di desa Tualang Lakat


WISATA GOA

Potensi Wisata Goa dengan obyek seperti Goa Hulu sungai Pampang, Goa Hulu sungai Keruh,Goa Hulu sungai dan Goa Hulu sungai Kandi yang terletak di Desa Anak Talang,

Obyek lainnya yang juga merupakan daya tarik wisata untuk dikembangkan seperti :
- Duplikat Istana Raja Indragiri di Rengat
- Kolam Loyang di Kecamatan Kelayang
- Perahu Kijang Serong (Perahu kebesaran Raja) di desa Petonggan


Sumber :
http://www.inhu.go.id/pd_pariwisata.php

http://nntp.riau.go.id/index.php?mod=halutama&link=inhu

Profil Kabupaten Indragiri Hilir


Kabupaten Indragiri Hilir dengan Ibu Kota Tembilahan adalah sebuah daerah dengan perkebunan kelapa terluas di Indonesia bahkan di dunia yang terletak di bagian selatan Provinsi Riau. Daerah ini terkenal dengan julukan "Negeri Seribu Parit" karena daerah ini terdiri dari perairan, sungai, rawa-rawa, dan perkebunan kelapa yang dipisahkan oleh ribuan parit.


Informasi Umum

Secara geografis daerah ini berada pada 0º36' LU, 1º07' LS dan antara 102º32' dan 104º10 BT, dengan luas daerah 13.798,37 km², lautan 6,318 dan perairan umum 888,97 km² yang berbatasan dengan daerah sebagai berikut :

Utara : Kabupaten Tanjung Jabung, Provinsi Jambi

Selatan : Kabupaten Pelalawan

Barat : Kabupaten Indragiri Hulu

Timur : Kabupaten Kepulauan Kepri

Jumlah penduduk Kabupaten Indragiri Hilir mencapai 647.512 jiwa yang terdiri dari sejumlah suku/ etnik, seperti Banjar dari Kalimantan, Bugis dari Sulawesi, dan Melayu dari Jambi. Sementara ekonomi Kabupaten Indragiri Hilir bersandar pada sektor perkebunan yang meliputi tanaman pangan, perkebunan, perikanan, dan kehutanan. Berdasarkan aktifitas bisnis/ sumber kehidupan, Kabupaten Indragiri Hilir terdiri dari 69.01% sektor pertanian, 8.58% pelayanan, 7.74% perdagangan, 1.54% industri dan yang lain-lain 1.54%. Luas areal untuk sektor pertanian adalah 38.181 Ha, sementara sektor perkebunan memiliki lahan seluas 607.708 Ha.

Kabupaten Indragiri Hilir memiliki iklim tropis basah, dengan curah hujan tertinggi 1.300 mm. Musim penghujan tiba pada bulan Oktober hingga Maret, dan musim kemarau tanpa hujan berlangsung selama 3 (tiga) bulan dan menimbulkan masalah dalam memperoleh air bersih , irigasi dan lain-lain. Arus angin sepanjang tahun merupakan angin utara dan angin selatan. Sepanjang musim angin utara, gelombang dan pasang relatif tinggi hingga mampu membawa air asin ke arah hulu sungai.

Secara umum kondisi tanah terdiri dari tanah gambut dan rawa-rawa yang sangat cocok untuk perkebunan kelapa hybrida, itulah sebabnya Kabupaten Indragiri Hilir berperan sebagai lumbung kelapa di Provinsi Riau bahkan di Indonesia. Posisi Indragiri Hilir yang strategis memainkan peranan penting untuk perkembangan daerah dimasa depan karena daerah ini didukung oleh 2 pelabuhan laut yang diperuntukkan bagi aktifitas ekspor lintas batas yaitu Pelabuhan Sungai Guntung dan Kuala Enok.

Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat dan mendukung kelancaran aktifitas dunia usaha, pemerintah daerah telah membangun beberapa fasilitas dan infrastruktur. Adapun fasilitas yang telah tersedia di daerah ini merupakan; transportasi darat (dapat diakses oleh kendaraan roda 4), transportasi udara (Bandara Baru di Sungai Salak/ Tempuling, yang akan segera dioperasikan), transportasi laut (Pelabuhan), dibangun di 3 (tiga) lokasi: Kuala Enok, Sungai Guntung, dan Kuala Gaung. Jaringan listrik disupplai di 32 cabang dengan total kapasitas (49.986.196 KWH), Telekomunikasi (telepon kabel, telepon selular dan internet), Fasilitas Kesehatan (1 Rumah Sakit gawat darurat 24 jam & Puskesmas di setiap Kecamatan), supplai air bersih dikelola PDAM, kapasitas 125 1/detik di 7 Ibu Kota Kecamatan, dan fasilitas pendukung lainnya; Perbankan (Bank Nasional & Daerah), Akomodasi (Hotel & penginapan).


Sumber :
http://nntp.riau.go.id/index.php?mod=halutama&link=inhil
13 April 2009

Sejarah Indragiri Hilir

Untuk melihat latar belakang sejarah berdirinya Kabupaten Indragiri Hilir sebagai salah satu daerah otonom, dapat ditinjau dalam dua periode, yaitu periode sebelum kemerdekaan dan periode sesudah kemerdekaan Republik Indonesia.

1. Periode Sebelum Kemerdekaan Republik Indonesia

a. Kerajaan Keritang

Kerajaan ini didirikan sekitar awal abad ke-6 yang berlokasi di wilayah Kecamatan Keritang sekarang. Seni budayanya banyak dipengaruhi oleh agama Hindu, sebagaimana terlihat pada arsitektur bangunan istana yang terkenal dengan sebutan Puri Tujuh (Pintu Tujuh) atau Kedaton Gunung Tujuh. Peninggalan kerajaan ini yang masih dapat dilihat hanya berupa puing.

b. Kerajaan Kemuning

Kerajaan ini didirikan oleh raja Singapura ke-V yang bergelar Raja Sampu atau Raja Iskandarsyah Zulkarnain yang lebih dikenal dengan nama Prameswara. Pada tahun 1231 telah diangkat seorang raja muda yang bergelar Datuk Setiadiraja. Letak kerajaan ini diperkirakan berada di Desa Kemuning Tua dan Desa Kemuning Muda. Bukti-bukti peninggalan kerajaan ini adalah ditemukannya selembar besluit dengan cap stempel kerajaan, bendera dan pedang kerajaan.

c. Kerajaan Batin Enam Suku

Pada tahun 1260, di daerah Indragiri Hilir bagian utara, yaitu di daerah Gaung Anak Serka, Batang Tuaka, Mandah dan Guntung dikuasai oleh raja-raja kecil bekas penguasa kerajaan Bintan, yang karena perpecahan sebagian menyebar ke daerah tersebut. Diantaranya terdapat Enam Batin (Kepala Suku) yang terkenal dengan sebutan Batin Nan Enam Suku, yakni :
Suku Raja Asal di daerah Gaung.
Suku Raja Rubiah di daerah Gaung.
Suku Nek Gewang di daerah Anak Serka.
Suku Raja Mafait di daerah Guntung.
Suku Datuk Kelambai di daerah Mandah.
Suku Datuk Miskin di daerah Batang Tuaka

d. Kerajaan Indragiri

Kerajaan Indragiri diperkirakan berdiri tahun 1298 dengan raja pertama bergelar Raja Merlang I berkedudukan di Malaka. Demikian pula dengan penggantinya Raja Narasinga I dan Raja Merlang II, tetap berkedudukan di Malaka. Sedangkan untuk urusan sehari-hari dilaksanakan oleh Datuk Patih atau Perdana Menteri. pada tahun 1473, waktu Raja Narasinga II yang bergelar Paduka Maulana Sri Sultan Alauddin Iskandarsyah Johan Zirullah Fil Alam ( Sultan Indragiri IV ), beliau menetap di ibu kota kerajaan yang berlokasi di Pekan Tua sekarang.

Pada tahun 1815, dibawah Sultan Ibrahim, ibu kota kerajaan dipindahkan ke Rengat. dalam masa pemerintahan Sultan Ibrahim ini, Belanda mulai campur tangan terhadap kerajaan dengan mengangkat Sultan Muda yang berkedudukan di Peranap dengan batas wilayah ke Hilir sampai dengan batas Japura.

Selanjutnya, pada masa pemerintahan Sultan Isa, berdatanganlah orang - orang dari suku Banjar dan suku Bugis sebagai akibat kurang amannya daerah asal mereka. Khusus untuk suku Banjar, perpindahannya akibat dihapuskannya Kerajaan Banjar oleh Gubernement pada tahun 1859 sehingga terjadi peperangan sampai tahun 1963.

e. Masa Penjajahan Belanda

Dengan adanya tractaat Van Vrindchaap ( perjanjian perdamaian dan persahabatan ) tanggal 27 September 1938 antara Kerajaan Indragiri dengan Belanda, maka Kesultanan Indragiri menjadi Zelfbestuur. berdasarkan ketentuan tersebut, di wilayah Indragiri Hilir ditempatkan seorang Controlleur yang membawahi 6 daerah keamiran :
Amir Tembilahan di Tembilahan.
Amir Batang Tuaka di Sungai Luar.
Amir Tempuling di Sungai Salak.
Amir Mandah dan Gaung di Khairiah Mandah.
Amir Enok di Enok.
Amir Reteh di Kotabaru

Controlleur memegang wewenang semua jawatan, bahkan juga menjadi hakim di pengadilan wilayah ini sehingga Zelfbestuur Kerajaan Indragiri terus dipersempit sampai dengan masuknya Jepang tahun 1942.

f. Masa Pendudukan Jepang

Balatentara Jepang memasuki Indragiri Hilir pada tanggal 31 Maret 1942 melalui Singapura terus ke Rengat. Tanggal 2 April 1942 Jepang menerima penyerahan tanpa syarat dari pihak Belanda yang waktu itu dibawah Controlleur K. Ehling . Sebelum tentara Jepang mendarat untuk pertama kalinya di daerah ini dikumandangkan lagu Indonesia Raya yang dipelopori oleh Ibnu Abbas.

Pada masa pendudukan Jepang ini Indragiri Hilir dikepalai oleh seorang Cun Cho yang berkedudukan di Tembilahan dengan membawahi 5 Ku Cho, yaitu :
Ku Cho Tembilahan dan Tempuling di Tembilahan.
Ku Cho Sungai Luar.
Ku Cho Enok.
Ku Cho Reteh.
Ku Cho Mandah.
Pemerintahan Jepang di Indragiri Hilir sampai bulan Oktober 1945 selama lebih kurang 3,5 tahun.
2. Periode Setelah Berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia

Pada awal Kemerdekaan RI, Indragiri (Hulu dan Hilir) masih merupakan satu kabupaten. Kabupaten Indragiri ini terdiri atas 3 kewedanaan, yaitu Kewedanaan Kuantan Singingi dengan ibukotanya Taluk Kuantan, Kewedanaan Indragiri Hulu dengan ibukotanya Rengat dan Kewedanaan Indragiri Hilir dengan ibukotanya Tembilahan.
Kewedanaan Indragiri Hilir membawahi 6 wilayah yaitu :
Wilayah Tempuling/Tembilahan.
Wilayah Enok.
Wilayah Gaung Anak Serka.
Wilayah Mandah/Kateman.
Wilayah Kuala Indragiri.
Wilayah Reteh

Perkembangan tata pemerintahan selanjutnya, menjadikan Indragiri Hilir dipecah menjadi dua kewedanaan masing-masing :

a. Kewedanaan Indragiri Hilir Utara meliputi kecamatan :
Kecamatan Tempuling.
Kecamatan Tembilahan.
Kecamatan Gaung Anak Serka.
Kecamatan Mandah.
Kecamatan Kateman.
Kecamatan Kuala Indragiri dengan ibukotanya Tembilahan.

b. Kewedanaan Indragiri Hilir Selatan meliputi kecamatan :
Kecamatan Enok.
Kecamatan Reteh dengan ibukotanya Enok.


3. Pemekaran Kabupaten Indragiri Hilir

Merasa persyaratan administrasinya terpenuhi maka masyarakat Indragiri Hilir memohon kepada Menteri Dalam Negeri melalui Gubernur Riau, agar Indragiri Hilir dimekarkan menjadi Kabupaten Daerah Tingkat II yang berdiri sendiri (otonom).

Setelah melalui penelitian, baik oleh Gubernur maupun Departemen Dalam Negeri, maka pemekaran diawali dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Riau (Propinsi Riau) tanggal 27 April 1965 nomor 052/5/1965 sebagai Daerah Persiapan Kabupaten Indragiri Hilir.

Pada tanggal 14 Juni 1965 dikeluarkanlah Undang-undang nomor 6 tahun 1965 Lembaran Negara Republik Indonesia no. 49, maka Daerah Persiapan Kabupaten Indragiri Hilir resmi dimekarkan menjadi Kabupaten Daerah Tingkat II Indragiri Hilir (sekarang Kabupaten Indragiri Hilir) yang berdiri sendiri, yang pelaksanaannya terhitung tanggal 20 November 1965.


Sumber :
http://inhilkab.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=72&Itemid=34

Sumber Gambar:
http://nntp.riau.go.id/index.php?mod=halutama&link=inhil

Profil Kabupaten Bengkalis


Kabupaten Bengkalis merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Riau, secara geografi terletak antara 2o30 - 0o17 LU dan antara 100o52-102o10 BT, bebatasan dengan Selat Malaka disebelah uutara, Kabupaten Siak diselatan, KabupatenRokaan Hilir dibarat, Kabupaten Karimun Provinsi kepulauan Riau ditimur. Luas wilayah Kabupaten Bengkalis 11.481,77 Km2.

Secara administratif, Kabupaten ini terbagi menjadi delapan Kecamatan. Pada tahun 2006 memiliki jumlah penduduk 520.241 jiwa yang teridiri dari 268.059 jiwa pria dan 252.182 jiwa wanita dengan laju pertumbuhan rata-rata sebesar 4,48%.
Dilihat dari segi ekonomi, total nilai PDRB menurut harga konstan yang dicapai Kabupaten Bengkalis pada tahun 2006 sebesar 25.161,10 (dalam jutaan rupiah) dnegan konstribusi terbesar datang dari sektor pertambangan sebesar 82,90%, disusul oleh industri pengolahan sebesar 5,06% dan dari sektor perdagangan, hotel, restoran sebesar 4,37%.

Disektor perkebunan, komoditi utama yang dihasilkan Kabupaten Bengkalis pada tahun 2006 berupa kelapa sawit (189.697 ton), kelapa dalam (52.559 ton) dan karet (42.825 ton). Kabupaten ini dikenal dengan penghasil minyak bumi terbesar di Provinsi Riau dan di Indonesia, Eksplorasi minyak ini dilakukan oleh PT Caltex Pacific Indonesia dan konsesi dengan Kondur Petroleum. Di sektor perindustrian Selain daripada kilang pengelolaan minyak yang dimiliki oleh Pertamina UP II Sungai Pakning, saat ini juga terdapat beberapa industri seperti kayu gergaji, perabotan, dan mangrove arang.

Di Kabupaten Bengkalis terdapat hutan seluas 463.441 ha yang tersebar di 8 kecamatan di kabupaten ini Hutan di daerah ini terdiri dari berbagai macam flora dan fauna. Hutan mangrove banyak terdapat di tepian pantai. Hutan lainnya ada yang menghasilkan kayu gelondongan, rotan, resin, dan bahan baku lainnya yang berasal dari hutan. Disektor pariwisata, Letak geografis Kabupaten Bengkalis terdiri dari pulau-pulau dengan daerah pantai pesisir yang menghadap langsung ke Selat Malaka dan pemandangan yang indah sangat perhatian para turis, berpusat di Pulau Rupat.

Kabupaten ini juga memiliki berbagai sarana dan prasarana pendukung diantaranya jalan darat, tiga buah Pelabuhan yaitu Pelabuhan Sei Pakning, Pelabuhan Bengkalis, dan Pelabuhan Selat Panjang, juga terdapat dukungan sarana pembangkit tenaga listrik, air,gas dan telekomunikasi.


Sumber Data:
Riau Dalam Angka 2007
(01-10-2007)
BPS Provinsi Riau
Jl. Pattimura No. 12, Pekanbaru 28131
Telp (0761) 23042
Fax (0761) 21336

Sumber :
http://regionalinvestment.com/newsipid/id/displayprofil.php?ia=1408

Sumber Gambar:
http://keluargabaru.brinkster.net/peta%20bengkalis.htm